|
Sukabumi, Kompas - Sebanyak 60 persen dari total luas daerah irigasi teknis di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, mengalami kerusakan. Ini diperparah oleh adanya bencana banjir dan longsor yang menimpa sebagian saluran irigasi di kabupaten itu selama musim hujan. Akibatnya, proses pertumbuhan padi pada musim tanam jadi terganggu lantaran tidak optimalnya debit air yang mengairi areal persawahan. Hal itu ditegaskan oleh Kepala Subdinas Pembangunan Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Kabupaten Sukabumi Eddy Rachman di Sukabumi, Rabu (26/1). Berdasarkan data Dinas PSDA Kabupaten Sukabumi, saat ini terdapat 19 daerah irigasi teknis yang masing-masing seluas lebih dari 500 hektar. Total luas wilayah irigasi itu mencapai 20.792 hektar. Jaringan irigasi itu tersebar di berbagai daerah di Sukabumi, di antaranya Sagaranten dan Jampangkulon. "Sebanyak 60 persen dari total jumlah jaringan irigasi itu telah rusak sehingga debit air jadi tidak optimal," ujar Eddy. Selain itu, sekitar 70 persen dari 1.024 daerah irigasi pedesaan yang masing-masing luasnya kurang dari 500 hektar mengalami kerusakan. Total luas daerah irigasi pedesaan itu mencapai 35.138 hektar. Sebagian jaringan irigasi itu masih terbuat dari bambu sehingga harus berulang kali diperbaiki warga setempat lantaran jebol diterjang air hujan dan tertimbun longsor. "Sebagian besar daerah irigasi pedesaan ini belum tersentuh pemerintah," kata Eddy menambahkan. Pada musim hujan ini, sejumlah daerah irigasi teknis rusak parah lantaran tertimbun longsor, yakni di daerah Cibeber dan Cimandiri. Dalam bencana alam itu, sedikitnya sembilan daerah irigasi rusak parah, dan 10 daerah irigasi mengalami rusak sedang. "Akibat daerah irigasi tertimbun longsor, sekitar 400 hektar sawah terancam tidak mendapat pasokan air saluran irigasi, sehingga dikhawatirkan mengalami kekeringan," tuturnya. Kerusakan jaringan irigasi ini juga menurunkan produksi padi di kabupaten itu. Eddy menuturkan, seharusnya petani bisa menuai hasil panen tiga kali dalam setahun, dengan total produksi padi empat ton per hektar. Namun lantaran sawah kurang terairi akibat rusaknya saluran irigasi, total produksi padi hanya 3,5 ton per hektar. Untuk mengatasi kerusakan jaringan irigasi akibat terkena longsoran tanah itu, pemerintah daerah setempat membersihkan timbunan longsor pada jaringan irigasi. Pemda juga memasang saluran untuk drainase agar debit air terlindungi jika terjadi pergeseran tanggul. "Pembangunan saluran ini dilakukan sepanjang jalur yang tertimbun longsor, dan diperkirakan membutuhkan dana sekitar Rp 600 juta," ungkap Eddy menjelaskan. Pihak Dinas PSDA setempat juga telah mengajukan permohonan anggaran Rp 60 miliar untuk pembangunan jaringan irigasi di berbagai daerah di Sukabumi, tetapi hanya disetujui sekitar Rp 11 miliar. "Keterbatasan anggaran yang ada membuat proses pembangunan dan pemeliharaan jaringan irigasi teknis tidak optimal. Ini membuat banyak jaringan irigasi masih menggunakan bambu sehingga mudah jebol kalau terkena hujan," kata Eddy. (EVY) Post Date : 27 Januari 2005 |