Pemprov DKI
berencana mengelola air waduk menjadi air bersih. Terobosan Jokowi-Basuki ini
akan dimulai dari pemanfaatan Waduk Pluit yang kini tengah dinormalisasi.
Pengelolaan air Waduk Pluit akan dilakukan
Perusahaan Air Minum DKI Jakarta (PAM Jaya). Direktur PAM Jaya Sri Widayanto
Kaderi mengatakan, sistem pengolahan akan menggunakan teknologi microhydrolic dengan
menggunakan instalasi mobile water
treatment.
Air yang berasal dari Waduk Pluit, Penjaringan,
Jakarta Utara, nantinya akan diprioritaskan untuk masyarakat berpenghasilan
rendah. Jika pengelolaan air di waduk sukses dilaksanakan, maka air bersih itu
akan didistribusikan, terutama untuk penghuni Rusun Pluit. Kalau airnya
tercukupi di rusun itu, maka PAM Jaya akan mendistribusikannya ke daerah
sekitarnya.
PAM Jaya nantinya akan menjual air minum kepada
masyarakat senilai Rp 1.050 per meter kubik (m3) pertama. "Bila volume air
yang digunakan meningkat, tarifnya beda. Tapi masih terjangkau dan di bawah
tarif operator," kata Sri Widyanto di Jakarta, Kamis (13/6/2013).
Tarif tersebut jauh lebih murah dibanding harga
air bersih komersial saat ini, yakni Rp 4.500 per m3 (pemakaian sampai 20 m3)
dan Rp 5.500 per m3 (pemakaian di atas 20 m3).
Informasi yang diperoleh Warta Kota, tahun 2013 ini DKI mengalami krisis air bersih.
Dari kebutuhan 23,3 m3 per detik, PAM Jaya hanya mampu merealisasikan 18,025 m3
per detik.
Salah satu hambatan tak terpenuhinya kebutuhan air
bersih ini disebabkan kontinuitas suplai dari sumber air yang tidak terjamin
karena Jakarta mengandalkan sumber air dari luar.
Post Date : 14 Juni 2013
|