|
SEMARANG - Sampah dan sedimentasi yang menyumbat saluran, menjadi salah satu kendala penanganan banjir Kota Semarang. Di beberapa titik drainase, bahkan sedimen dan sampah sudah menutup saluran air. Air hujan pun tak bisa tertampung dan akhirnya melimpas ke jalan raya. Karena itu, Kamis (6/2) Dinas PSDA-ESDM Kota Semarang melakukan penanganan darurat dengan mengeruk sedimen dan sampah di beberapa titik. Antara lain di saluran Bubaan, saluran Jalan Majapahit (dari Banjirkanal Timur sampai Makro), saluran di Jalan Kakap, saluran sekitar Mangkang, dan di saluran Kali Tenggang (Jembatan Daendels). ”Di saluran Bubaan misalnya, kami melakukan pengerukan, karena sedimentasi sudah sangat parah. Dari kedalaman saluran 1,5 meter, sedimen mencapai 80 cm. Sampah dan sedimentasi memang jadi kendala dalam penanganan banjir,” kata Ari Setiobudi, koordinator lapangan pembersihan drainase Dinas PSDA-ESDM Kota Semarang, Kamis (6/2). Ada 25 meter saluran Bubaan menuju pompa Kali Baru yang akan dibersihkan dengan pengerukan. Selain Bubaan, beberapa titik banjir akan menjadi prioritas pengerukan yang akan diselesaikan pekan ini. ”Ada 80 petugas Dinas PSDA-ESDM Kota gabungan dengan UPTD yang turun langsung untuk melakukan pekerjaan pengerukan sedimen dan sampah,” ungkapnya. Kepala Dinas PSDA-ESDM Kota Semarang, Nugroho Joko Purwanto mengatakan, melihat banjir yang terjadi, pihaknya segera melakukan kegiatan bersifat darurat. Tujuannya untuk mempercepat surutnya titik genangan dengan optimalisasi pompa, pembersihan saluran air dengan menurunkan alat berat. Ada beberapa titik genangan yang menjadi prioritas penanganan, antara lain di wilayah Kecamatan Semarang Utara, Bubaan-kawasan Pasar Johar, Genuk, Mijen, dan Kota Lama. ”Setelah dilihat kondisi saluran, ternyata sedimen tinggi. Kami akan segera membersihkan agar kembali lancar. Tim yang kami turunkan disiapkan dengan alat berat. Ada tiga tim yang masing-masing terdiri atas 15 sampai 20 petugas dibantu petugas dari UPTD.” Optimalisasi Pompa Sementara untuk masalah genangan di kawasan Genuk, Nugroho mengakui di wilayah itu merupakan cekungan. Dengan demikian, penanganan yang bisa dilakukan adalah dengan mengoptimalisasi pompa. Pihaknya belum berencana menambah jumlah pompa di kawasan itu. ”Yang kami lakukan mungkin akan menaikkan kapasitas pompa. Sementara untuk pengerukan sedimen skala besar, kami masih menunggu curah hujan turun. Sementara untuk solusi jangka panjang, kami masih menunggu masterplan drainase yang kini dibahas di DPRD. Masterplan itulah yang akan kami jadikan payung hukum dalam penanganan banjir,” tuturnya. Sementara sudah sebulan terakhir banjir menggenang di Jalan Padi Raya dan Jalan Wolter Monginsidi, Kecamatan Genuk serta wilayah Sawah Besar Kecamatan Gayamsari. Untuk Jalan Padi Raya, Kelurahan Gebangsari air menggenang sekitar 20 cm, sedangkan di Jalan Wolter Monginsidi tepatnya setelah perempatan Pasar Genuk ketinggian air mencapai 30 cm. Sulistio (31), warga Genuk RT 02 RW 02 mengatakan, banjir sudah menggenang di wilayah itu tiga minggu lebih. ”Akibat genangan, banyak warga yang terserang gatal-gatal di kaki,” katanya. Terpisah, Lurah Dadapsari Nuryanto mengatakan, banjir di wilayahnya sudah surut pada Kamis pagi. Dengan begitu dia menginstruksikan untuk sementara agar dapur umum yang terdapat di wilayahnya sementara berhenti. Dia mengungkapkan rencananya pada Sabtu (8/2) akan mengadakan posko kesehatan untuk melayani masyarakat. ”Rencannya pengobatan gratis dilaksanakan petugas dari Puskesmas Bandarharjo dibantu dari Yayasan Unika,” ujarnya. (H71,H35,fri-87) Post Date : 07 Februari 2014 |