Audit buat hindari kerja dedemit

Sumber:merdeka.com - 10 Juni 2013
Kategori:Air Minum

Dalam pertemuan dengan Menteri Perdagangan Prancis Nicole Bricq awal bulan lalu, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo menyampaikan pesan akan mengambil alih perusahaan air bersih PT Palyja, selama 16 tahun ini melayani kebutuhan air bersih warga Jakarta. Jokowi gerah perusahaan itu hanya mementingkan keuntungan ketimbang pelayanan. 

Koordinator Advokasi Koalisi Masyarakat Untuk Hak Atas Air (KruHa) Muhammad Reza mengungkapkan pihaknya menawarkan opsi pemerintah provinsi sebaiknya langsung memutus kontrak ketimbang membeli saham. Sebab, pembelian saham hanya akan menghabiskan uang APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah). "Kalau kita putus kontraknya, kita hanya bayar Rp 2 triliun, jika kita beli saham itu Rp 9 triliun," ujarnya.

Pengelolaan air Jakarta saat ini dibagi menjadi dua wilayah dengan sungai Ciliwung sebagai batas. Bagian barat diberikan kepada PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja) dan sebelah timur wewenang PT Thames PAM Jaya (TPJ). Bentuk kerja sama antara PAM Jaya dengan dua mitra swastanya ini adalah konsesi dimodifikasi atau disebut juga Operate, Develop, and Transfer. 

Reza mengatakan perjanjian itu seperempat abad. Tetapi sampai 16 tahun, swastanisasi air bersih jakarta, terutama jaringan pipa, hanya merugikan masyarakat. Hal ini terlihat dari harga harus dibayar oleh masyarakat.

Padahal, kata dia, perjanjian kerja sama antara PAM Jaya dengan Palyja dan TPJ diarahkan untuk menaikkan layanan mencakup peningkatan kuantitas, kualitas, kontinuitas, efisiensi, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. "Dari lima target tersebut nyaris tidak ada capaian," katanya.

Dia menegaskan harusnya keuntungan bisa didapat pemerintah ketika memulai kerja sama dengan swasta dalam mengelola air adalah bertambahnya Pendapatan Asli Daerah (PAD), adanya alih teknologi, dan berkurangnya eksploitasi air tanah. Namun, pemanfaatan air tanah justru bertambah dan alih teknologi tidak dilakukan.

Dia menuding janji air pipa dialirkan ke rumah-rumah dapat langsung diminum hanya isapan jempol belaka. "Saya disini (sekretariat) langganan air bersih PAM Jaya, tapi saya harus menyaring dua kali," tuturnya.

Dia mengatakan langkah harus dilakukan pemerintah adalah melakukan audit independen mengenai dampak teknis, keuangan, sosial, ekonomi, dan lingkungan terhadap kerja sama sudah dilakukan.

Selain itu, dalam mengelola air bersih mesti ada kerja sama antar operator publik dengan prinsip solidaritas. "Ini bisa dilakukan misalnya, antar PDAM se-Indonesia bekerja sama dan keuntungannya dialokasikan kembali untuk mereka," kata Reza.

Coorporate Communication and Sosial Responsibilities Head of Palyja, Meyritha Maryanie, malah mengklaim telah melewati target dibebankan pemerintah dalam layanan air bersih. "Kalau kebutuhan air lain lagi masalahnya. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih tidak lepas dari kekurangan air baku bukan menjadi tanggung jawab operator."



Post Date : 11 Juni 2013