|
MAKASSAR, KOMPAS — Banjir besar yang melanda Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, Kamis (18/7), berangsur surut. Namun, kondisi cuaca yang tak menentu menyebabkan ancaman air bah masih mengintai. Apalagi, informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika di Kendari menyebutkan curah hujan yang tinggi masih melanda hingga Agustus 2013. Demikian diutarakan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kendari Iskandar, Kamis. ”Oleh karena itu, kewaspadaan akan terus dijaga,” katanya saat dihubungi dari Makassar, Sulawesi Selatan. Saat ini, Kendari masih berstatus tanggap darurat bencana seusai banjir yang meluluhlantakkan sebagian besar wilayah ibu kota Sultra itu dan mengakibatkan 2.235 warga mengungsi. Ribuan rumah dan bangunan juga terendam dan sebagian rusak. ”Kamis (kemarin) sebagian besar pengungsi pulang dan mulai menata kembali rumah masing-masing. Kini tersisa 130 jiwa di lokasi pengungsian GOR Kendari dan 50 jiwa di Kecamatan Baruga,” kata Iskandar. Meski demikian, masih terdapat genangan air yang tinggi di sekitar bantaran Kali Wanggu di daerah Lepolepo dan Jalan By Pass, Kendari. ”Ketinggian air di bawah 1 meter, tetapi belum bisa dilewati kendaraan,” kata Iskandar. Sementara itu, banjir di Konawe Selatan, yang berbatasan dengan Kendari, juga dilaporkan surut, tetapi air masih mencapai ketinggian 1 meter. ”Saat puncak banjir Selasa lalu, ketinggian air sampai atap rumah,” ujar Kepala Seksi Kedaruratan BPBD Konawe Selatan Nuralim. Pengungsi banjir di Konawe Selatan berjumlah 2.000 jiwa. Mereka ditampung di gedung sekolah dan kantor kecamatan. Pengungsi mengeluh gatal-gatal dan masih membutuhkan bantuan logistik seperti selimut. Air bah juga masih menggenangi Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, khususnya di daerah sekitar Danau Tempe dan Sungai Walanae yang meluap. ”Ketinggian air Rabu lalu masih berkisar 2-4 meter, khususnya di bantaran Sungai Walanae,” ungkap Kepala BPBD Sulsel Syamsibar. Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo meninjau langsung kawasan banjir di Wajo dan Kabupaten Soppeng. Gubernur memberikan bantuan berupa beras 10 ton, uang tunai Rp 100 juta, dan berbagai paket keperluan logistik untuk setiap kabupaten yang dilanda banjir. Kamis, banjir di Kecamatan Bolioyohuto dan Biluhu, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo, mulai surut. Ketinggian air yang hampir mencapai 1 meter mulai surut. ”Namun, sebagian besar warga masih mengungsi ke rumah familinya,” ujar Kepala Seksi Kedaruratan BPBD Gorontalo Hasna Datau, Kamis. (apo/eng) Post Date : 19 Juli 2013 |