|
WONOGIRI -Paling tidak, 59.714 jiwa (14.559 keluarga) yang tersebar di lima kecamatan di Kabupaten Wonogiri, terancam kekurangan air bersih pada kemarau kali ini. Adapun wilayah yang terancam kekeringan itu meliputi Kecamatan Paranggupito, Pracimantoro, Giritontro, Giriwoyo, dan Eromoko. Berdasar data Bagian Sosial Ekonomi, wilayah yang acap kekeringan berada di Wonogiri selatan. Daerah rentan itu terdiri atas 185 dusun dalam 27 desa. Di tempat itu, kekeringan mulai dirasakan. Masyarakat kesulitan memperoleh air bersih untuk minum dan memasak. Telaga dan tandon air di wilayah itu mengering. Padahal, selama ini telaga menjadi andalan pemenuhan kebutuhan air sehari-hari. Sebagaimana yang terjadi pada Telaga Ledok, Kecamatan Paranggupito. Saat ini, telaga sudah mengering. Sisa air yang tinggal sedikit di sisi bagian utara, tidak lagi layak dikonsumsi. Untuk menyiasatinya, warga membuat lubang-lubang repasan, kemudian sedikit demi sedikit air diciduk dengan gayung. ''Tlogone sampun asat kok Mas. (Telaganya sudah kering kok Mas),'' ujar Djaiman (60). Kakek itu bersabar mengais air resapan sisa telaga. Setelah dua ember terisi, dia memikulnya pulang. Lain halnya dengan Waginem (57) yang tetap bertahan di Telaga Ledok. Sebab dia mengambil air untuk mencuci di tempat. ''Untuk minum, warga membeli dari mobil tangki. Satu tangki Rp 80 ribu sampai Rp 100 ribu,'' ungkap Paiman (50). Harga air dari layanan mobil tangki, ikut ditentukan oleh kapasitas air yang diangkut dan lokasi warga yang memesan. Mobil-mobil tangki yang ke Paranggupito, mengambil air baku dari Kecamatan Giritontro. Sejumlah warga Paranggupito mengungkapkan, sebenarnya setiap rumah memiliki bak penampungan air hujan (PAH). Namun airnya telah habis ketika tidak hujan lagi. Saat air di PAH habis, warga ganti menyerbu telaga. Namun kini air telaga juga mengering. Pedesaan di Wonogiri selatan, hampir semuanya memiliki telaga. Namun seiring dengan kondisi kemarau saat ini, hanya beberapa telaga yang masih berair. Beruntung bagi warga Desa Johunut, Kecamatan Paranggupito. Sejak Telaga Waru dibangun dengan dinding tembok beton bertulang secara permanen, air tampungan di telaga awet. Sisa air di telaga ini masih 40%. Diperkirakan, air masih bisa mencukupi kebutuhan warga selama musim kemarau. Heriyanto Poerwo dari Badan Pengawas Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) meminta para pengelola air minum mengambil langkah-langkah untuk mengoptimalkan pengoperasian sarana ledeng di pedesaan. Dengan demikian, dusun-dusun yang belum terjangkau ledeng pedesaan, bisa dilayani dengan pengedropan air mobil tangki. (P27-67m) Post Date : 17 Juli 2006 |