Terima Bantuan Air Bersih dari Jurnalis, Warga Pamekasan Sujud Syukur

Abdul Kadir, salah satu warga Dusun Tengah mengatakan, sejak dua bulan yang lalu warga menunggu bantuan dari pemerintah. Namun bantuan itu tidak kunjung datang. Meskipun ada bantuan dari pemerintah, hanya diberikan kepada warga tertentu untuk kepentingan rumahnya sendiri bukan untuk seluruh warga.

“Untung ada bantuan dari teman-teman jurnalis. Terima kasih yang sebesar-besarnya karena kami bisa punya air dengan jumlah yang banyak,” ungkapnya.

Sebelum ada bantuan air, imbuh Abdul Kadir, warga harus mengambil air di sumur yang harus menunggu hingga berjam-jam. Itupun air yang keluar dari sumber sumur hanya dua jerigen ukuran 25 liter per dua jam.

“Warga di sini mandinya setiap lima hari sekali. Itu bersamaan dengan saat mencuci baju ke daerah yang lain yang ada sungainya,” katanya. 

Sementara itu, Muhammad Zuhri, ketua AJP mengatakan, bantuan air itu karena keprihatinan sejumlah wartawan yang sering meliput soal kekeringan. Di Desa Larangan Tokol termasuk daerah yang terkena dampak kekeringan kritis. Sehingga wartawan tidak hanya meliput warga yang mengalami kekeringan, tetapi juga memberikan solusi kepada warga. 

“Setiap kali meliput kekeringan, warga selalu menanyakan bantuan air. Bahkan wartawan ada yang diusir karena hanya mengambil foto dan video untuk berita. Jadi kami bertekad mengumpulkan sumbangan membantu mereka yang kekeringan,” ungkapnya. 

Dijelaskan Zuhri, bantuan masing-masing dusun di tiga dusun sebanyak dua tanki berukuran 6.000 liter. Hari ini sebanyak enam tanki yang disalurkan kepada warga. AJP akan berusaha untuk memberikan bantuan kepada warga kekeringan setiap hari lima tanki dengan dana yang sudah terkumpul dari 27 wartawan anggota AJP.

“Semua wartawan sepakat memberikan bantuan air. Nanti akan diatur sesuai dengan prioritas lokasi yang paling membutuhkan,” ungkapnya.