|
Sanitasi adalah kebutuhan dasar manusia yang berkaitan erat dengan
kesehatan dan membawa dampak pada ekonomi. Sayangnya, sanitasi buruk
masih menjadi permasalahan besar di Indonesia. Akibatnya, Indonesia
mengalami kerugian ekonomi hingga USD 6,3 miliar tiap tahunnya. Populasi penduduk Indonesia hampir mencapai 250 juta jiwa, yang 100 juta diantaranya belum memiliki akses untuk sanitasi yang baik. Bahkan 63 juta orang Indonesia masih buang air besar (BAB) sembarangan. Sanitasi yang buruk ini memiliki dampak sangat besar pada kesehatan, salah satunya menjadi penyebab menularkan penyakit tifus dan diare. Menurut laporan Economic Impact of Sanitation in Indonesia, sanitasi buruk menjadi penyumbang bagi meningkatnya penyakit diare, dimana anak-anak menjadi korban terbanyak, bahkan lebih banyak dari masalah gizi buruk pada balita. Penyakit-penyakit akibat sanitasi buruk berhubungan langsung dengan lebih dari 40.000 kematian pada balita di Indonesia setiap tahunnya. Selain konsekuensi kesehatan, sanitasi buruk ternyata juga berdampak pada ekonomi. Studi dari Bank Dunia menunjukkan bahwa Indonesia kehilangan 2,4 persen dari keseluruhan Gross Domestic Product (GDP) atau sekitar USD 6,3 miliar tiap tahun karena sanitasi dan higienitas yang buruk dan kurangnya akses air bersih. "Karena sanitasi yang buruk, Indonesia kehilangan USD 6,3 miliar setiap tahun," jelas Yosa Yuliarsa, Spesialis Komunikasi Kawasan Asia Timur, Water and Sanitation Program (WSP) The World Bank, saat berbincang dengan detikHealth, disela-sela acara kunjungan 'Hari Air Sedunia 2013' di Subang, Jawa Barat, Rabu (20/3/2013). Menurut Yosa, kerugian ini dihitung dari keseluruhan aspek, mulai dari beban pencemaran air, besarnya biaya kesehatan yang harus dikeluarkan akibat penyakit berkaitan dengan sanitasi yang buruk, beban penyakit, beban pencemaran air, beban kenyamanan lain, absen di sekolah atau tempat kerja dan penurunan pemasukan di tempat wisata. Sanitasi yang buruk juga akan menambah biaya untuk pengolahan air bersih. Perlu diketahui, air limbah yang tidak diolah menghasilkan 6 juta ton kotoran manusia per tahun yang dibuang dan berkontribusi terhadap polusi ke badan air, sehingga biaya pengolahan air bersih semakin mahal. Setiap tambahan konsentrasi pencemaran BOD (biochemical oxygen demand/kebutuhan oksigen biologis yang merupakan parameter kualitas air) sebesar 1 mg/liter pada sungai, meningkatkan biaya produksi air minum sekitar Rp 9,17/meter kubik. "Artinya menyebabkan kenaikan biaya produksi PDAM sekitar 25% dari rata-rata tarif air nasional," papar Yosa. Post Date : 21 Maret 2013 |