Hingga
saat ini, tercatat baru 58% penduduk Indonesia yang mendapatkan fasilitas air
bersih. Ini sangat disayangkan mengingat negara ini sebenarnya memiliki sumber
daya air berlimpah.
"Sampai
sekarang, baru sebanyak 58% untuk air bersih. Selebihnya yang digunakan bukan
air bersih yang terlindungi," ungkap Deputi Sarana dan Prasarana Bappenas
Dedy Priatna di kantor Bappenas, Jakarta, Selasa (24/12/2013).
Dedy menuturkan,
ini merupakan akibat dari distribusi air yang tidak merata. Sehingga banyak
wilayah yang tidak teraliri air bersih dengan baik. Di samping secara mendasar,
daya tampung air yang sangat rendah.
"Kita ini
berlimpah ruah air, walaupun sebenarnya tidak merata, jadi kalau hujan kita
banjir dan kalau musim kemarau itu kering," ujarnya.
Selain itu, air
untuk irigasi juga menjadi salah satu kendala di dalam negeri. Ini juga
merupakan bagian dari distribusi yang seharusnya dilakukan. Akibatnya banyak
sawah yang tidak teraliri air dan menjadi kekeringan.
"Jadi seperti
sawah itu tidak ada air, jadi nggak panen," sebutnya.
Kasubdit Air Baku
Irigasi dan Rawa Bappenas M. Zainal Fatah menjelaskan, pengaturan ketahanan air
di dalam negeri masih sangat kurang. Terutama dalam mengefektifkan musim hujan.
"Untuk
managerial secara penuh memang kurang, kita atur agar lebih efektif, itu
kondisi yang memang berbeda, bulan basah yang cukup panjang, accessibility yang
tidak bisa diatur memang ada harusnya," paparnya pada kesempatan yang sama.
Sedangkan untuk
waduk yang dijadikan tempat penampungan air, menurut Fatah, belum bisa
dioptimalkan sepenuhnya.
"Kita telah
mendrong percepatan untuk mendorong percepatan. Bangun waduk itu tida cukup
setahun atau dua tahun. Ya banyaklah masalahnya," pungkas Dedy.
Post Date : 27 Desember 2013
|