|
SEMARANG - Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Semarang membutuhkan dana investasi ratusan miliar rupiah untuk memperbaiki jaringan pipa air yang bocor. Tingkat kebocoran jaringan pipa air tersebut disebabkan faktor manajerial dan teknis mencapai 54%-55%. Hingga kini, perusahaan itu belum bisa menanganinya lantaran tak memiliki cukup dana. Dirut PDAM Kota Semarang, R Agus Sutyoso mengakui, kebocoran menyebabkan tingginya kapasitas air di luar perhitungan. Penyebab faktor teknis, yakni kondisi jaringan pipa yang sudah tua dan alat meter tidak tepat. Sementara penyebab faktor manajerial adalah pembacaan alat meter air yang tidak akurat oleh petugas dan kesalahan memasukkan data. ''Bagi PDAM, untuk mengatasi kebocoran pipa air ini cukup sulit. Bahkan, pendapatan yang diterima PDAM belum sampai memperhitungkan aspek pengembangan investasi. Hal ini dikarenakan masih besarnya beban utang yang dimiliki PDAM,'' katanya, Rabu (31/5). Pihaknya mencontohkan, untuk mengganti alat meter yang tidak akurat, dananya bisa mencapai puluhan miliar rupiah. Itu pun belum termasuk alat meter induk dan alokasi dana untuk pengadaan peralatan lain. Zaman Belanda Selain itu, sebagian jaringan pipa air peninggalan zaman penjajahan Belanda, seperti Kalidoh (Babadan)-Reservoir Siranda sepanjang 20 km itu, hingga sekarang belum diganti. Ia memperkirakan dana yang dibutuhkan untuk mengganti bisa mencapai Rp 40 miliar. ''Banyak konstruksi jaringan pipa air kondisinya sudah tua. Kami baru mengidentifikasi kebocoran,'' tuturnya. Dikatakannya, kebocoran itu sudah berlangsung lama. Karena itu, pihaknya mengupayakan kucuran dana bantuan dari Pemkot. Sebab, selama ini masalah keuangan PDAM dituntut mandiri. Sementara upaya untuk menaikkan tarif PDAM ditolak DPRD. Menurutnya, kenaikan tarif tersebut untuk peningkatan kualitas kinerja dan layanan perusahaannya. Ia menyebutkan, tindakan antisipasi yang dilaksanakan PDAM yaitu mengembangkan administratif secara on-line. Diharapkan, sistem yang diterapkan pada 2005 ini mampu mengeliminasi kebocoran yang bersifat manajerial. Sementara untuk mengatasi hal-hal teknis, pihaknya berupaya mengidentifikasi kualitas pada seluruh jaringan yang dimiliki. (H22-56d) Post Date : 01 Juni 2006 |