|
Palembang, Kompas - Sebanyak 540 keluarga mengungsi akibat banjir di Kecamatan Talang Ubi dan Gunung Megang, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan. Luapan Sungai Enim dan Sungai Bulang menyebabkan banjir setinggi satu meter di ruas jalan Pendopo-Talang Ubi sehingga lalu lintas macet. Pemerintah Provinsi Sumsel menyatakan status tanggap darurat dan mengirimkan bantuan 2,4 ton beras untuk keperluan logistik para pengungsi. Menurut Kepala Subdinas Bantuan Bencana dan Jaminan Sosial Dinas Sosial Provinsi Sumsel yang juga Koordinator Tim Taruna Siaga Bencana (Tagana) MS Sumarwan, Senin (22/12), warga masih mengungsi di rumah kerabat dan tetangga akibat banjir yang terjadi sejak Minggu (21/12). Saat ini Tagana mendirikan tiga posko di dua kecamatan itu. Posko bencana induk dipusatkan di SD Negeri Talang Ubi. Banjir terjadi karena hujan deras mengguyur sebagian besar wilayah Muara Enim selama dua hari. Akibatnya, sungai besar dan kecil meluap. Di sejumlah desa, misalnya Desa Gunung Megang Luar dan Desa Talang Bulang, tinggi air mencapai 2 meter. Menurut Sumarwan, tidak ada korban jiwa, tetapi kerugian diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah. Selain rumah, banjir juga merendam sawah dan perkebunan karet serta kelapa sawit. Laksanakan RTRW Terkait banjir yang melanda pelbagai daerah, Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto mengimbau kepala daerah agar tegas menolak pengajuan pembukaan lahan untuk permukiman di kawasan konservasi. Hal itu telah memicu banjir yang terus meluas. Djoko menyatakan hal itu saat menghadiri penyerahan hadiah sayembara pembuatan masterplan kebun raya baru di Kebun Raya Cibodas, Cianjur, Jawa Barat, Senin. ”Saya tahu, izin pembukaan lahan untuk kawasan permukiman memberikan retribusi bagi pemerintah daerah. Namun, dampaknya sangat berbahaya. Kerugiannya lebih besar dari retribusi yang diperoleh,” katanya. Menurut Djoko, pemda harus konsekuen menjalankan kebijakan rencana tata ruang dan wilayah (RTRW) yang dibuat, termasuk mempertahankan kawasan ruang terbuka hijau. Pelaksanaan RTRW yang konsekuen juga merupakan upaya untuk mereduksi pemanasan global. ”Jika kita tidak melakukan apa-apa, diperkirakan pada 2030 , 2.000 pulau dan kota-kota pantai di Indonesia akan tenggelam akibat melelehnya es di kutub,” kata Djoko. Curah hujan Curah hujan di wilayah pantura barat, meliputi Tegal dan sekitarnya, mulai meningkat. Data dari Stasiun Meteorologi Tegal, Jawa Tengah, Senin, curah hujan tertinggi pada bulan Desember mencapai 56,8 milimeter. Kecepatan angin juga tinggi, berkisar 10-25 km per jam. Kepala Stasiun Meteorologi Tegal Sartono mengatakan, intensitas hujan juga meningkat dibandingkan dengan November. Diperkirakan intensitas dan curah hujan di pantura akan mencapai puncak pada Januari. Daerah yang mendapat curah hujan tertinggi adalah Kabupaten Tegal dan Pemalang bagian selatan. Selama Desember, curah hujan di dua wilayah itu diperkirakan lebih dari 700 mm. Curah hujan di wilayah lain, seperti Brebes, Kota Tegal, Pekalongan, dan Batang, diperkirakan 300-600 mm. Sartono mengingatkan masyarakat agar mewaspadai hujan deras disertai petir, longsor, dan angin puting beliung. ”Kecepatan angin yang tinggi berbahaya bagi nelayan tradisional. Saat ini, gelombang laut juga tinggi, antara 1,5-2 meter,” katanya. Menghadapi potensi banjir dan longsor, anggota Tim Penanggulangan Bencana dari Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Tegal, Agus Djatmiko, mengatakan, Pemkab Tegal telah menyiapkan dua perahu karet, 20 pelampung, 5.000 karung plastik, dan pompa air. Untuk mengantisipasi banjir, pemkab sudah memperbaiki sejumlah pintu air yang rusak. Kepala Kantor Kesbanglinmas Brebes Kustoro mengatakan, pemkab mengantisipasi banjir dengan menyiagakan lima perahu karet, enam tenda evakuasi, empat dapur umum, 80 pelampung, 15.000 karung plastik, dan bantuan makanan. (ONI/AHA/WIE) Post Date : 23 Desember 2008 |