|
JAKARTA, KOMPAS — Banjir kembali merendam kawasan permukiman di bantaran Sungai Ciliwung, Jakarta Timur, Selasa (15/10). Banjir akibat luapan Ciliwung itu melanda permukiman warga sejak pukul 06.00, beberapa saat setelah tinggi muka air Katulampa mencapai level 100 sentimeter. Banjir berangsur naik hingga pukul 10.00 dengan ketinggian 30 sentimeter (cm) sampai 100 cm. Hingga Selasa sore, banjir masih terjadi di kawasan bantaran itu, tetapi berangsur-angsur surut. Kepala Seksi Informatika Badan Penanggulangan Bencana Daerah DKI Jakarta Bambang Surya Putra mengatakan, air menggenangi 36 RT di 7 RW di Kelurahan Kampung Melayu. ”Ketinggian air 30-100 cm. Genangan terjadi di permukiman yang berjarak 15 cm dari bantaran Ciliwung,” ujarnya. Setelah hujan deras, tinggi muka air di Bendung Katulampa, Bogor, Senin pukul 21.00, mencapai 100 cm (Siaga III). Di Pintu Air Depok, tinggi muka air terpantau 160 cm (Siaga IV). Menjelang tengah malam, ketinggian air mulai surut. Di Kampung Melayu, 952 keluarga atau 2.620 jiwa terkena dampak banjir. ”Tidak dilaporkan ada pengungsi. Warga bertahan di tempat yang lebih tinggi, menunggu banjir surut,” ujar Bambang. Menurut warga, debit banjir kali ini cenderung lebih kecil daripada biasanya. Nurdin (50), warga RT 004 RW 003 Kampung Pulo, mengatakan, biasanya jika level air di Katulampa mencapai 100 cm, ketinggian banjir di Kampung Pulo bisa mencapai 1,5 meter. Nurdin memperkirakan, berkurangnya debit banjir kali ini karena ada dua bagian ruas Ciliwung yang sedang dilebarkan, yakni ruas Pintu Air Manggarai dan ruas yang ada di bawah jembatan layang Kampung Melayu. Heru (31), warga lainnya, mengatakan, pada Idul Fitri lalu, ketinggian air di Katulampa pernah mencapai 100 cm, permukiman Kampung Pulo terendam banjir 1,5 meter. Operator Pintu Air Manggarai, Dian Nur Cahyono, mengatakan, banjir terjadi karena kiriman dari Pintu Air Depok yang ketinggiannya mencapai 200 cm. Kampung Pulo rawan banjir karena hadirnya banyak rumah di sekitar bantaran sungai dan adanya pendangkalan karena sampah. Refungsi saluran Di Kelurahan Cideng, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat, sekitar 100 rumah yang berdiri di atas saluran air dibongkar pemiliknya karena menutupi saluran air. Camat Gambir Henri Perez mengatakan, warga membongkar sendiri bangunan yang menyalahi aturan setelah pihaknya mengeluarkan surat peringatan sampai tiga kali. ”Kami berharap mereka membongkar sendiri bangunan yang menyalahi aturan. Namun, kalau sampai tanggal 20 Oktober belum juga dibongkar, terpaksa kami bongkar,” ujar Perez. Akhir bulan ini, 200 bangunan yang ada di atas saluran sudah harus dibongkar. Bangunan yang akan dibongkar berada di RT 017 dan 018 di RW 001 serta RT 011 di RW 003 Kelurahan Cideng. Di Jakarta Selatan, sejumlah saluran di permukiman juga terus dikeruk agar tak terjadi pendangkalan. Di Jalan M Saidi Raya, Pesanggrahan, pengerukan telah dilakukan selama tiga hari terakhir. Wali Kota Jakarta Selatan Syamsudin Noor mengatakan, siaga banjir di wilayahnya telah dilakukan, khususnya difokuskan di kawasan permukiman sepanjang bantaran Ciliwung. Sementara itu, tanggul Kali Ciputat di Kelurahan Cipayung, Kecamatan Ciputat, Tangerang Selatan, longsor. Akibatnya, Perumahan Payung Mas yang dilewati kali itu dilanda banjir karena aliran air tertutup material longsoran. Menurut Nico Rumate, Ketua RW 012, tanggul yang longsor sepanjang 20 meter. Di lokasi longsor itu tengah dilakukan proyek normalisasi kali. Kepala Bidang Sumber Daya Air Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Tangsel Aji Awan mengatakan, Pemerintah Kota Tangsel hanya melakukan penanganan sementara. ”Saat ini sedang ada proyek penanganan sungai oleh Pemprov. Kami hanya menanggulangi sementara. Untuk perbaikan permanen provinsi,” katanya. Menurut Aji, saat ini ada proyek pembenahan di Kali Ciputat oleh Pemprov. Proyek itu berada di beberapa titik di lokasi sepanjang lebih kurang 1 kilometer. (MDN/FRO/ART/NEL/RAY/K06) Post Date : 16 Oktober 2013 |