Warga Tarempa terpaksa harus kembali menggunakan air isi
ulang galon untuk mandi. Kondisi tersebut telah berlangsung sejak beberapa hari
terakhir akibat sulitnya warga mendapatkan air bersih.
"Satu
hari minimal 5 galon air isi ulang yang kami butuhkan untuk satu kali mandi.
Sudah beberapa hari ini, air dari saluran pipa yang biasa kami gunakan sudah
tidak mengalir lagi ke rumah. Akhirnya, terpaksa kami beli air galon. Satu
galon seharga Rp5 ribu," ungkap Kandar, salah seorang warga Tarempa
menyampaikan keluhannya, Jumat (23/8).
Menurut
Kandar, kelangkaan air bersih sudah berlangsung sejak beberapa tahun terakhir.
Namun hingga kini, belum ada upaya serta tindakan nyata dari pemerintah untuk
mencarikan solusinya.
"Pemerintah
daerah saya nilai sudah gagal dalam mengatasi krisis air bersih di Anambas,
khususnya di Tarempa. Pasalnya, kondisi yang sama terus terjadi dari tahun ke
tahun, namun hingga sekarang belum ada upaya nyata yang telah dilakukan,"
ungkap Kandar.
Kendati
demikian, warga tetap berharap kondisi kelangkaan air di kawasan ibukota
kabupaten ini dapat segera teratasi oleh pemerintah daerah di masa yang akan
datang.
"Kami
tidak pernah minta yang macam-macam. Yang penting kebutuhan pokok masyarakat
seperti air, listrik dan jalan bisa teratasi lebih dulu dengan baik. Jika hal
ini saja tidak bisa teratasi, bagaimana daerah ini akan bisa lebih maju, sama
dengan daerah lainnya," ucap Yan, warga Tarempa lainnya.
Sebelumnya,
sejumlah warga Tarempa pernah mendatangi Kantor DPRD Anambas mengadukan kondisi
kelangkaan air bersih yang terus berkelanjutan di wilayah itu. Kedatangan warga
disambut sejumlah anggota Komisi II DPRD Anambas.
"Sudah
berapa hari ini rumah kami tidak dialiri air lagi, Pak. Jangankan untuk mandi,
untuk mencuci piring dan mengambil air wuduk saja, kami kewalahan mencari air
yang layak," ungkap Dayat, perwakilan warga Tarempa kepada anggota DPRD,
saat itu.
Mendengar
hal itu, Wakil Ketua Komisi II DPRD Anambas Wan Zuhendra langsung mengambil
sikap. Saat itu juga ia memanggil Dinas Pekerjaan Umum (PU) Anambas selaku
penanggung jawab serta Camat Siantan dan beberapa pejabat Anambas terkait
lainnya untuk Rapat Dengar Pendapat serta mempertanyakan tindakan yang
dilakukan Pemerintah Daerah terkait krisis air.
Dalam
dengar pendapat yang dipimpin Wan Zuhendra tersebut, warga menyayangkan tidak
adanya sikap DPRD dan Pemerintah Daerah dalam mengatasi krisis air di Tarempa.
Mereka
mengusulkan agar dinas terkait mencari sumber mata air baru untuk memenuhi
kebutuhan air saat ini ataupun jangka panjang. "Kami menilai, Dinas PU
kurang peka terhadap krisis air yang melanda Tarempa selama ini. Sebab, krisis
air selalu terjadi tiap tahunnya," cetus Dayat.
Sementara
itu, Camat Siantan Ardan menilai, kekeringan yang melanda Tarempa saat ini
bukan hanya disebabkan debit air yang mulai mengering. Kondisi ini diperparah
dengan adanya penyuntikan secara ilegal oleh warga yang tinggal di Gunung
Rintis, Tarempa.
"Saya
tidak yakin hanya 5 kepala keluarga (KK) saja di Gunung Rintis yang menyuntik
di aliran pipa air untuk Tarempa. Jika hal ini terus berlanjut, dipastikan
Tarempa akan kekeringan total menjelang 1 atau 2 bulan ke depan,"
ungkapnya.
Ia
berharap, dinas terkait lebih proaktif dalam menyelesaikan masalah krisis air
ini. Sebab dampaknya, kecamatan menjadi imbas keluhan warga. "Jika
diizinkan, kami siap untuk mengambil alih dalam mengelola air bersih untuk
Tarempa. Namun, harus sesuai aturan," ucap Ardan lainya.
Post Date : 26 Agustus 2013
|