|
MAKASSAR, KOMPAS — Banjir yang melanda Sulawesi Tenggara terus meluas ke dua provinsi sekitarnya, yakni Sulawei Selatan dan Gorontalo. Banjir yang melanda tiga provinsi itu dipicu hujan deras diikuti meluapnya sungai-sungai. Di Sulawesi Selatan, banjir melanda empat kabupaten di bagian tengah dan pesisir timur, yakni Sidenreng Rappang (Sidrap), Wajo, Soppeng, dan Bone, Rabu (17/7). Banjir terparah melanda Wajo hingga merendam sekitar 22.000 rumah warga. Lahan pertanian dan perkebunan pun terendam hingga 2-3 meter. Seorang warga dilaporkan tewas terseret arus. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulawesi Selatan Syamsibar, Rabu, mengatakan, banjir di kabupaten tersebut diakibatkan hujan deras yang terjadi berhari-hari sehingga menyebabkan Danau Tempe dan Sungai Walanae meluap. Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo, Rabu siang, terbang ke Wajo untuk memantau langsung bencana tersebut. Syahrul mengatakan, jika sampai tiga hari banjir masih memburuk, dirinya akan mengambil alih komando penanganan darurat. Pemerintah Provinsi Sulsel menyiapkan bantuan beras 10 ton untuk setiap kabupaten yang terkena banjir. Di Provinsi Gorontalo, sekitar 100 rumah di Kecamatan Boliyohuto, Kabupaten Gorontalo, terendam setinggi 50-75 cm. Banjir disebabkan Sungai Paguyuman meluap. Tidak ada korban jiwa. Warga di tepian sungai diminta waspada menyusul hujan yang terus terjadi di Gorontalo beberapa hari terakhir. Menurut Kepala Seksi Darurat Bencana pada BPBD Kabupaten Gorontalo Hasnah Datau, banjir tersebut disebabkan hujan yang terus terjadi sejak Selasa siang. Sejumlah warga dilaporkan mengungsi. Tercatat 384 jiwa menjadi korban banjir. Berdasarkan pengamatan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Provinsi Gorontalo, hujan di Gorontalo diperkirakan masih berlangsung sampai akhir Agustus mendatang. Potensi hujan yang terjadi di seluruh wilayah Gorontalo adalah ringan-sedang. Hujan disertai angin berkecepatan sampai 15 kilometer per jam. Sementara itu, dari Kendari, Sulawesi Tenggara, dilaporkan, banjir besar pada Selasa dilaporkan mulai surut. Namun, cuaca yang masih mendung dan hujan dikhawatirkan membawa banjir susulan. Kepala BPBD Sultra Zuhuri Machmud mengaku belum memiliki data berapa banyak total warga yang mengungsi akibat banjir di daerah itu. Selain Kendari, banjir juga melanda Kabupaten Konawe Selatan, Konawe, Konawe Utara, dan Kolaka Timur. Bendung alam kritis Tinggi air bendung alam Wai Ela di Desa Lima, Leihitu, Maluku Tengah, Pulau Ambon, Maluku, mendekati titik kritis, tinggal enam sentimeter sebelum status kedaruratan ditingkatkan menjadi Awas. Pada status Awas, seluruh warga Lima—berjumlah 4.787 orang—harus mengungsi. Berdasarkan informasi yang diperoleh BPBD Maluku, tinggi air di Wai Ela 190,94 meter. Status kedaruratan Siaga. Posisi itu hanya terpaut enam sentimeter dari status Awas (191 meter). Wai Ela terbentuk setelah Sungai Wai Ela tertutup longsoran bukit Ulukhatu, 13 Juli 2012. Longsoran itu memiliki panjang 1.100 meter, lebar 300 meter, dan tinggi 215 meter. Longsoran menutup Sungai Wai Ela yang alirannya dari dua anak sungai. (APA/APO/ENG) Post Date : 18 Juli 2013 |