|
Rencana penjualan 51 persen saham PT Pam Lyonnaise Jaya (Palyja) kepada Manila Water belum dapat dilakukan. Sebab, operator air bersih di Jakarta bagian selatan dan barat ini belum memperoleh persetujuan dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Jaya sebagai pihak yang mengatur kerja sama operator air bersih. Hal itu ditegaskan Wakil Direktur PT Palyja Herawaty Prasetyo saat menjadi narasumber Journalis Workshop 15 Tahun Palyja di Jakarta, Minggu (17/3). Kesepakatan penjualan saham milik PT Suez Environment belum terjadi. Sehingga, rencana penjualan saham itu baru di tingkat pembahasan para share holders. Salah satu syarat penjualan saham kepada pihak lain belum terpenuhi adalah mendapatkan persetujuan dari PDAM Jaya. "PDAM Jaya belum memberikan persetujuan terhadap rencana penjualan saham kepada Manila Water. Kalau sudah ada persetujuan, maka share holders yang akan mengurusinya. Bukan kita. Karena tugas kita mengurusi manajemen pelayanan air bersih. Kinerja kita tidak terpengaruh dengan rencana penjualan saham itu," kata Herawaty. Palyja menjamin proses penjualan saham tidak akan mengganggu manajemen pelayanan kepada masyarakat pelanggan. "Kita akan tetap dan terus melayani pelanggan kami dengan sepenuh hati. Berupaya memberikan yang terbaik bagi pelanggan kami," ujarnya. Sebelumnya, Wakil Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok menyetujui penjualan saham Palyja ke Manila Water. Dengan dijualnya saham ke investor baru, maka membuka kesempatan bagi Pemprov DKI untuk melakukan renegosiasi (rebalancing) kontrak. Ahok sudah mengecek mengenai kinerja Manila Water di beberapa negara. Dan, dia menemukan rekam jejak kinerja perusahaan asal Filipina ini bagus. Dia sendiri telah bertemu dengan pihak Manila Water. Sementara itu, Dosen Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Indonesia (UI) Firdaus Ali mengatakan krisis air baku di Jakarta diyakini dapat diatasi dengan pembangunan terowongan multi guna (deep tunnel). Terowongan ini dapat menyuplai kebutuhan air baku hingga 12 ribu liter per second (LPS). Firdaus Ali mengatakan ancaman banjir pada musim hujan masih menghantui warga Jakarta. Saat bersamaan pula masyarakat Ibu Kota terus menghadapi krisis kelangkaan air bersih. Bukan hanya dikarenakan tingkat kebocoran air yang masih tinggi, tetapi juga dikarenakan semakin terbatasnya supali air baku dari sumber utamanya yaitu Waduk Jatiluhur. Sedangkan kondisi 13 sungai yang mengalir melalui Jakarta saat ini berada dalam kondisi sangat tercemar. Sehingga tidak dapat dimanfaatkan sebagai sumber air baku. Post Date : 18 Maret 2013 |