|
MENGOLAH sampah di
kalangan masyarakat tertentu menjadiproblema tersendiri dalam penanganannya . Tetapi tidak demikian
bagi Yance Mansnandifu, warga Kabupaten Biak Numfor, Papua. Berkat ketekunan, usaha mengelola sampah rumah tangga dapat meraup jutaan rupiah setiap bulan untuk menambah penghasilan keluarga. Kegiatan usaha mengelola sampah limbah rumah tangga digeluti pria asli Biak sejak tahun 2001 dengan memanfaatkan lahan perkarangan seluas satu hektare di kawasan Distrik Biak Kota hingga saat ini terus beroperasi melayani pengolahan sampah berbasis masyarakat. Untuk sebagian besar masyarakat, menurut Yance, sampah mungkin merupakan sesuatu yang tidak memiliki nilai guna dan tidak ada harganya sehingga harus segera disingkirkan. Padahal, sampah bisa membawa berkah yang punya nilai ekonomi tinggi. Yance mengakui, Prinsip mengelola sampah dengan benar adalah, mencegah timbulnya sampah, mendaur ulang sampah dan mengolah kembali atau istilah 3 R (reduce, reuse, recycle). "Jika prinsip 3 R dalam mengolah sampah dilaksanakan dengan konsisten, maka akan mendatangkan manfaat yang sangat banyak bagi kehidupan, manfaat lain menjadikan wilayah itu bersih dan pembuangan sampah anorganik yang akan semakin berkurang juga akan memberikan nilai ekonomis bagi masyarakat," ungkap Yance yang juga staf Sekretariat DPRD Biak Numfor. Ia mengatakan, kategori sampah rumah tangga yaitu sampah non organik adalah sampah yang tidak bisa melebur atau bersenyawa (terurai) dengan tanah seperti plastik, sterplon, besi, alumanium dan lainnya, sedangkan sampah organik yaitu sampah seperti daun tumbuh dimana bisa terurai dengan tanah. Untuk sampah nonorganik, masyarakat diminta bisa mengelola menjadi nilai ekonomis dan menambah pendapatan keluarga, seperti sampah bekas bungkus diterjen bisa dijadikan bahan tas dan kerajinan tangan lain, sedangkan sampah organik bisa dikelola menjadi pupuk kompos (organik) dan bisa menjadi pupuk penyubur tanaman. "Dari kedua pola pemilahan sampah apabila masyarakat bisa mengelola dan memfaatkan dengan baik, maka secara otomatis nilaiincome ekonomi masyarakat bisa bertambah," aku Yance. Karena melihat begitu banyak sampah yang berserakan di sekitar rumahnya dan tidak tertata dengan baik dibuang di pinggiran jalan, maka dia pun mencari cara agar sampah-sampah ini tidak hanya bisa ditata tetapi juga menghasilkan sesuatu. "Sampah itu tidak membawa masalah bagi kita tetapi membawa keuntungan. Dengan kita mengumpulkan sampah, otomatis lingkungan menjadi bersih dan mendatangkan uang," ungkapnya. Awal mula dirinya hanya sekedar memilah dan mengumpulkan sampah di masing-masing rumah, Kemudian muncul ide agar sampah-sampah tersebut dikumpulkan terlebih dahulu di suatu tempat, dan bila sudah terkumpul banyak, bisa dijual yang berdampak dengan penambahan pendapatan keluarga. Sekarang, lanjut Yance, masyarakat harus bisa menghilangkan budaya membuang sampah sisa olahan rumah tangga di pinggiran jalan, selokan dan sembarang tepat karena akibat kecerobahan tersebut berakibat pada timbulnya penyakit dan banjir akibat sampah masyarakat menggenangi selekon-selokan. "Dengan konsep pilah, olah, dan kelola, masyarakat telah membantu Pemkab Biak Numfor menjadi kota yang bersih, sehat, indah dan asri sehingga dapat meraih Piala Adipura di 2014," harapnya. Ia mengatakan, sampah umumnya masih cenderung lebih dilihat sebagai masalah yang tidak jarang membelenggu pikiran kita untuk menganggap sampah benar-benar tidak memiliki nilai apapun. Bantuan Mesin pencacah sampah Untuk menambah kegairahan mengolah sampah rumah tangga, menurut Yance, belum lama ini pihak kelompok masyarakat adat sebagai pemilik hak ulayat areal pengolahan sampah keluarga Mansnandifu telah mendapat bantuan satu unit mesin pencacah sampah plastik dari Pemerintah Kabupaten Biak Numfor, melalui satuan perangkat kerja daerah Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLH) pada tahun anggaran 2013. Pemberian bantuan mesin pencacah plastik dalam skala kecil, menurut Yance, sangat bermanfaat bagi kelanjutan usaha pengeloolaan sampah rumah tangga yang digelutinya. "Adanya bantuan mesin pencacah sampah maka pihaknya dapat menjual limbah sampah plastik, ya meski jumlahnya masih sangat terbatas namun permintaan limbah cukup menjanjikan," ungkap Yance. Ia berharap, kedepan pihaknya berharap ada bantuan lagi mesin pencacah sampah plastik dalam kapasitas besar sehingga ia dapat memenuhi permintaan limbah plastik yang setiap waktu meningkat. Selain bantuan mesin, lanjut Yance, pihak keluarganya selaku pengelola sampah rumah tangga juga mendapat fasilitas pembangunan jalan aspal menuju lokasi pembuangan sampah keluarga Mansnandifu. "Dari hasil mengolah sampah ini saya dapat membiayai pendidikan keluarga dan anak hingga perguruan tinggi, ya pekerjaan sederhana tetapi mendatangkan uang," ungkapnya. Post Date : 03 Februari 2014 |