|
Tangerang Selatan, Kompas - Warga sekitar tempat pembuangan akhir sampah Cipeucang mendatangi Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Tangerang Selatan, Banten, Senin (22/4). Warga yang tergabung dalam Lembaga Peran Serta Masyarakat TPA Cipeucang ini menagih janji pembangunan pengolahan air lindi yang hingga kini belum segera diwujudkan. ”Kami minta hal ini segera beres agar warga tidak terkena dampak TPA. Kami sebenarnya membantu pemerintah karena mau di dekat permukiman (kami) dijadikan tempat pembuangan akhir (TPA) sampah. Namun, kami juga minta pemerintah kota (pemkot) mengelola dengan baik. Kalau tidak, kami terpaksa menutupnya,” kata Ketua Lembaga Peran Serta Masyarakat TPA Cipeucang Endang Sugianto. Endang mengingatkan, warga sudah beberapa kali mengeluhkan permasalahan TPA Cipeucang ini. Namun, hingga sekarang, belum juga ditangani. ”Baunya sudah sangat mengganggu warga. Apalagi kalau hujan, pasti luber karena enam bak penampungan lindi sudah penuh. Kami takut itu mencemari sumber air warga atau luber ke Cisadane,” tutur Endang. Pihak Pemkot Tangsel melalui BLHD, menurut Endang, sudah membuat detailed engineering design (DED) pengolahan air lindi, beberapa waktu lalu, dan memaparkan di hadapan warga. Namun, pembangunannya belum juga dilaksanakan. ”Katanya menunggu anggaran perubahan. Kalau begitu kami masih harus menunggu, padahal baunya sudah sangat mengganggu,” ujarnya. TPA Jatiwaringin Sementara itu, di Kabupaten Tangerang, PT Arax di bawah Japan International Coorporation Agency (JICA) tengah menjajaki kerja sama dengan pemerintah setempat terkait penanganan sampah. Badan kerja sama internasional itu siap mengelola 2.500 ton sampah per hari yang dihasilkan TPA Jatiwaringin. Kepala Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman Kabupaten Tangerang Agus Suryana mengatakan, selama tiga bulan terakhir, tim dari PT Arax dan JICA mendatangi dan melihat operasi TPA Jatiwaringin. ”Investasi murni PT Arax Rp 1,6 triliun,” kata Agus. (PIN/RAY) Post Date : 23 April 2013 |