|
PERSOALAN air baku menjadi salah satu masalah utama warga DKI sampai saat ini. Laju pembangunan yang tidak disertai rencana tata ruang wilayah (RTRW) dan rencana detail tata ruang (RDTR) secara terpadu telah menimbulkan beban berlebih bagi lingkungan, terutama karena eksploitasi sumber daya air tanah yang berlebihan. Karena itu, pemanfaatan 76 waduk yang ada di Jakarta saat ini bisa dijadikan solusi untuk mengatasi persoalan air. Peneliti teknik lingkungan dari Universitas Indonesia sekaligus Dewan Pengarah Kemitraan Air Indonesia, Firdaus Ali, mengatakan persoalan air baku di Jakarta bisa dibaca dari statistik bahwa 62% dari seluruh populasi Ibu Kota belum bisa menikmati air bersih perpipaan. “Artinya, fasilitas air bersih perpipaan itu baru dinikmati oleh 38% penduduk. Ini soalnya,“ jelas dia. Jumlah itu, menurut dia, paling banyak terdapat di wilayah utara Jakarta sebagai wilayah pesisir. Di sana 30 dari 32 kelurahan yang tersebar di enam kecamatan di Jakarta Utara selalu mengalami krisis air. Firdaus pun meminta Pemprov DKI menerapkan pembangunan kota berbasiskan pada potensi dan risiko krisis air (water based development strategy) ketimbang dengan pembangunan yang selama ini hanya fokus pada eksploitasi ruang darat (land based development strategy). Salah satunya, kata dia, ialah pemanfaatan 76 waduk di DKI Jakarta sebagai sumber air baku. “Jadi, waduk tak hanya digunakan untuk mengendalikan banjir, tapi juga bisa digunakan untuk sumber air bersih bagi warga DKI Jakarta,“ bebernya. Dalam rangka itu, kata dia pemerintah, baik daerah maupun pusat, dapat mendaur ulang air bekas menjadi air baku, dari air yang ada di waduk, seperti yang dilakukan oleh negara tetangga. “Waduk Pluit salah satunya, dan 75 waduk di seluruh DKI. Mengelola air laut itu ialah pilihan terakhir. Yang kita dorong untuk Jakarta ialah mengolah air hujan di waduk menjadi air baku, seperti di Singapura,“ pungkas Firdaus. Sementara itu, untuk meningkatkan kapasitas air baku untuk diolah menjadi air bersih layak minum, PT Jakarta Propertindo di tingkat bawah akan membangun tiga instalasi pengolahan air (IPA). Pembangunan ketiga IPA yang terletak di Pantai Mutiara, Kanal Banjir Barat, dan Buaran itu diharapkan mampu menambah 10%-15% kapasitas air baku yang diterima Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Jaya. (Ths/Ssr/J-1) Post Date : 08 April 2014 |