5 TAHUN LAGI TAK PERLU BANTUAN AIR; Gunungkidul Bangun 120 Bak Penampungan

Sumber:Kedaulatan Rakyat - 04 Januari 2006
Kategori:Air Minum
WONOSARI (KR) - Kabupaten Gunungkidul ditargetkan pada lima tahun ke depan tidak lagi kekurangan air, khususnya kebutuhan air minum. Diperkirakan pada saat itu masyarakat Gunungkidul tidak memerlukan lagi bantuan air. Pemkab Gunungkidul telah melakukan serangkaian upaya guna menangani permasalahan tersebut secara bertahap, antara lain dengan membangun ratusan bak penampungan air.

Ya, lima tahun ke depan masyarakat Gunungkidul tidak akan lagi kurang air, Insya Allah untuk air minum tidak kekurangan. Tapi kalau tanah atau lahan yang kering, jelas masih akan terjadi, ungkap Bupati Gunungkidul H Suharto SH kepada wartawan usai penyerahan dokumen Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dari pusat ke daerah di Kepatihan Yogyakarta, Senin (2/1).

Suharto mengatakan, tahap-tahap yang dilakukan Pemkab Gunungkidul antara lain mulai membangun 120 unit bak penampungan air dengan ukuran masing-masing 15 meter kubik di 13 kecamatan.

Pembuatan bak air berkapasitas 15 meter kubik ini dimaksudkan agar bisa mencukupi kebutuhan warga selama musim kemarau panjang. Selama ini bak air yang ada baik buatan sendiri maupun bantuan, umumnya hanya berkapasitas 3 meter kubik, sehingga tidak mencukupi kebutuhan.

Untuk kemarau panjang, satu kepala keluarga (KK) membutuhkan sekitar 15 meter kubik air. Berarti, kita harus membuat bak penampungan air seluas itu. Kalau cuma 3 meter kubik tidak menyelesaikan masalah, sebab jelas masih kurang dibanding kebutuhan. Ibaratnya orang makan, satu bulan perlu 10 kilogram namun hanya diberi 3 kilogram, ya harus cari lagi, jelasnya.

Diakui Suharto, pembuatan bak penampungan air berkapasitas 15 meter kubik ini tidak bisa serentak, karena terbatasnya anggaran. Ya jalan keluarnya dengan droping air. Namun saya berharap agar bantuan air tidak menjadi langkah baku, hanya langkah darurat saja. Tanki bantuan air pun tidak perlu dikelola pemerintah daerah, cukup dikelola desa, katanya.

Suharto menjelaskan, dalam perencanaan air ini, tahap pertama yang dilakukan dengan sistem pipa yang dikelola PDAM. Namun diakui, tidak semua wilayah di Gunungkidul bisa terjangkau sistem semacam ini. Karenanya ada beberapa desa yang melakukan swadaya atau usaha mandiri. Misalnya desa-desa yang mempunyai sumber air difasilitasi, diangkat ke atas dan disiapkan terminal, yang dikelola oleh desa secara swakelola. Jadi desa biar turut berinisiatif, ujarnya.

Menurut Suharto, di Gunungkidul terdapat 285 ribu jiwa warga yang rawan kekeringan. Namun dengan sistem Bribin yang sedang dikerjakan, paling tidak bisa menyelesaikan kira-kira 79 ribu jiwa. Selain itu, juga bisa mengambil dari sumber air sistem Seropan.

Mengenai kemungkinan daerah rawan longsor di Gunungkidul akibat curah hujan yang cukup tinggi akhir-akhir ini, Suharto mengatakan, sejauh ini tidak ada peristiwa longsor besar. Longsor kecil-kecil saja, biasa, ungkapnya.

Menurutnya, justru dengan hujan seperti ini Gunungkidul untung. Karena embung dan telaga yang sudah empat tahun tidak pernah terisi air kini jadi penuh air.

(Ret/San)-f.

Post Date : 04 Januari 2006