|
Sejak tahun 2012 komunitas penggiat penyelamatan Ciliwung mendeklarasikan tanggal 11 November sebagai Hari Ciliwung. "Dijadikannya Hari Ciliwung pada 11 November ini diawali dengan penemuan dua ekor kura-kura bulus pada tanggal dan bulan yang sama tahun 2011 lalu, ini menjadi semangat kami bahwa masih ada ekosistem endemik Ciliwung yang perlu dijaga kelangsungan hidupnya," kata Koordinator Konsorsium Penyelamatan Kawasan Puncak Dr Ernan Rustiadi di Bogor, Selasa. Ernan menjelaskan, Hari Ciliwung menjadi ajang kampanye para penggiat penyelamatan kawasan sungai yang melintas wilayah Puncak, Depok dan Jakarta ini yang terus mengalami degradasi kerusakan lingkungan dan pencemaran akibat sampah dan limbah industri. Ia mengatakan, peringatan Hari Ciliwung kali ini diisi dengan berbagai kegiatan yang melibatkan sejumlah pihak baik masyarakat maupun komunitas penggiat Sungai Ciliwung dan pemerintahan. Acara peringatan Hari Ciliwung kali ini telah dimulai sejak 8 November dengan melakukan serangkaian aksi nyata seperti membersihkan gunungan sampah di Sungai Citamiang Desa Tugu Utara, kemah di pinggir sungai, memulung bersama, workshop pembuatan tas daur ulang, lomba kreatifitas daur ulang, nonton film konservasi, penampilan teater dan curhat Ciliwung. Puncak peringatan Hari Ciliwung 11 November juga diisi beragam kegiatan diantaranya pameran foto, poster dan potensi lokal. Jalan di kebun teh menyusuri Sungai Cisampay di Blok C, deklarasi Sungai Cisampay sebagai hulu Cilwiung bebas sampah, dan diskusi publik. "Dalam diskusi ini kita mengundang sejumlah pihak diantaranya Plt Bupati Bogor, Wali Kota Bogor, Wali Kota Depok, Rektor IPB, Kepala TNGGP, Kepala BKSDA Jawa Barat, Direktur Utama PTPN VIII, Direksi Perhutani dan perwakilan Kementerian Lingkungan Hidup Kehutanan," kata Ernan. Acara diskusi ini dilangsungkan di Gunung Mas Desa Tugu Selatan, Cisarua Kabupaten Bogor Jawa Barat. Ernan mengatakan, kehadiran sejumlah pihak nantinya diharapkan komitmennya dalam mendukung upaya penyelamatan Sungai Ciliwung, melalui diskusi dan deklarasi yang dilaksanakan. Menurut Ernan, kawasan Puncak merupakan daerah hulu Sungai Ciliwung yang masih memiliki sekelumit persoalan. Persoalan yang dihadapi oleh wilayah tersebut telah berlangsung lama dan multi dimensi, seperti sampah yang tidak terangkut hingga mengalir ke sungai, pelanggaran tata ruang serta mafia tanah dan perizinan. "Kita sudah terlalu banyak wacana, sudah saatnya melakukan aksi nyata yang mendasar yang diharapkan menyelesaikan akar permasalahan. Permasalahan itu mulai dari hulu yakni Puncak," kata Ernan. Sementara itu, Ketua Komunitas Peduli Ciliwung (KP) Bogor, Een Irawan Putra menyebutkan Hari Ciliwung telah rutin diperinggati selama tiga tahun berturut-turut mulai dari 2012 deklarasi pertama. Ia mengatakan, tahun pertama dilaksanakan di Bojonggede, sedangkan tahun kedua (2013) berpusat di Condet, Jakarta. "Untuk tahun 2014 peringatan Hari Ciliwung dilakukan serentak di tiga titik yakni Puncak, Bojonggede dan Condet," kata Een. Een menambahkan, kegiatan Hari Ciliwung mendapat dukungan banyak pihak baik kalangan akademisi, komunitas, pemerintah daerah hingga Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengapresiasinya. Post Date : 11 November 2014 |