|
SOREANG -- Memasuki puncak musim hujan pada Januari-Februari 2005, diperkirakan sekitar 5.000 hektare sawah di 12 kecamatan di Kabupaten Bandung akan terendam banjir. Hingga saat ini, terdapat 1.300 hektare sawah yang sudah terendam air limpahan dari Sungai Citarum dan Cisangkuy. Lahan pertanian yang terendam banjir itu, di antaranya berada di Kecamatan Solokanjeruk, Rancaekek, Paseh, Baleendah, Ciparay, Banjaran, serta Dayeuhkolot. Data dari Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan (Dispert) Kabupaten Bandung menunjukan, musibah banjir terparah terjadi di Rancaekek, Solokanjeruk, dan Paseh. Kepala Sub Dinas Pengolahan dan Pemasaran, Dispert Kabupaten Bandung, Ir Dadang Hermawan, mengatakan, bila kondisi Sungai Citarum dan Cisangkuy masih tetap buruk, maka ancaman banjir tersebut pasti terjadi. Kata dia, terdapat 5.000 hektare sawah yang rutin terendam banjir pada puncak musim hujan. ''Bila Citarum dan anak sungainya belum dinormalisasi, pasti sawah itu akan kembali terendam,'' ujar Dadang kepada wartawan di Soreang, Selasa (28/12). Hingga Desember 2004, cetustnya, Dispert menemukan 457 hektare lahan sawah yang dinyatakan puso. Serangan puso itu, kebanyakan menimpa tanaman padi yang baru berusia tujuh hari. Pihaknya khawatir, musibah puso akan kembali menyerang sawah di Kabupaten Bandung, khususnya pada puncak musim hujan. Dadang berharap, Dinas Pekerjaan Umum (DPU) bersama masyarakat segera memperbaiki saluran selokannya. Idealnya, lanjut Dadang, rendaman air hujan itu tidak boleh lebih dari tujuh hari. Kata dia, rendaman tersebut harus langsung disalurkan ke selokan atau sungai terdekat. Sementara Kepala Sub Dinas Padi dan Palawija, Dispert Kabupaten Bandung, Hj Elin Yuliana, mengatakan, menjelang puncak musim hujan tahun ini, pihaknya akan berkoordinasi dengan DPU dalam rangka menyiapkan pompa. Rencananya, tutur dia, pompa itu akan digunakan untuk menyedot air yang merendam lahan pertanian. Rendaman air itu, lanjut Elin, akan disalurkan ke sungai yang berada di dekat lahan pertanian tersebut. ''Namun upaya itu akan kandas, bila kondisi infrastruktur sungainya tidak bagus,'' tuturnya. Elin mengaku pesimis, program pompanisasi akan berhasil mengantisipasi ancaman banjir secara optimal. Pasalnya, cetus dia, kondisi infrastyruktur sungai di Kabupaten Bandung masih buruk. Ahmad Sudjana (45 tahun), petani asal Solokanjeruk, mengaku kecewa dengan program pemerintah, dalam menormalkan Sungai Citarum, Citarik, dan Cisangkuy. Menurut dia, kondisi ke tiga sungai itu masih saja buruk. ''Kami lebih mengharapkan perbaikan sungai, ketimbang bantuan benih,'' ujarnya. Laporan : san Post Date : 29 Desember 2004 |