|
Proyek embung
Pemprov Bali di Daya, Desa Ban, Kubu, Karangasem mubazir. Soalnya, di Kubu
curah hujan rendah, dan tidak ada sumber mata air untuk mengisi embung.
Sementara, air dari pipanisasi mata air Kesian, Banjar Daya, Ban, sudah lama
tak mengalir. Akibatnya, selain warga di Cutcut dan Ban, warga di perbukitan
Kubu yang tandus juga terpaksa membeli air bersih dari penjual air menggunakan
tangki. Musna Antara mengatakan, di banjarnya di Penginyahan, harga air bersih per tangki isi 4.000 liter bisa Rp 100 ribu sampai Rp 150 ribu. Sementara kalau penjual air melayani warga lebih di atas seperti di Pedahan Kelod atau Pedahan Kaja, harga air per tangki sampai Rp 200 ribu, tergantung jarak tempuh yang dilayani dan risiko medan jalan. Nyoman Celos mengatakan, di Kecamatan Kubu, setidaknya ada tiga penjual air bersih skala besar. Mereka juga kerap kewalahan melayani pembeli. Pembeli air terutama yang mendesak karena ada kegiatan upacara, mesti memesan air seminggu sebelumnya. Nyoman Oka Antara mengatakan, saat ini hujan sudah mulai jarang turun di Kubu. Sementara bak air atau cubang tempat menampung air hujan juga sudah menipis, bahkan air cubangnya sudah mengering. Oka Antara
mengatakan, dari dulu, pihaknya sudah mengingatkan kalau proyek embung yang
nilainya sampai Rp 4 miliar untuk satu embung, cenderung mubazir. Soalnya, di
Kubu curah hujan rendah, dan tidak ada sumber mata air untuk mengisi embung.
Menurutnya, lebih baik masyarakat secara berkelompok diberikan bantuan cubang.
Pengerjaan cubang bisa dilakukan secara swadaya. "Di satu sisi, masyarakat
mendapatkan pekerjaan, di sisi lain, kelompok penerima bantuan cubang itu
diharapkan mengerjakan cubang, dan mengelolanya dengan baik, karena menjadi
milik kelompoknya," paparnya. Post Date : 13 Agustus 2013 |