Embung Mubazir, Warga Kubu Beli Air

Sumber:balipost.co.id - 13 Agustus 2013
Kategori:Air Minum

Proyek embung Pemprov Bali di Daya, Desa Ban, Kubu, Karangasem mubazir. Soalnya, di Kubu curah hujan rendah, dan tidak ada sumber mata air untuk mengisi embung. Sementara, air dari pipanisasi mata air Kesian, Banjar Daya, Ban, sudah lama tak mengalir. Akibatnya, selain warga di Cutcut dan Ban, warga di perbukitan Kubu yang tandus juga terpaksa membeli air bersih dari penjual air menggunakan tangki.

Dari pantauan Senin (12/8) kemarin di Kubu, mobil tangki atau pun truk yang dimodifikasi baknya diisi tangki air, kemarin, tampak berseliweran. Sopir truk atau mobil tangki penjual air bersih sibuk melayani pembeli. Adanya warga mulai krisis air bersih dan membeli air, dibenarkan, sejumlah anggota DPRD asal Kecamatan Kubu, seperti Wakil Ketua DPRD Karangasem Nyoman Celos, S.E., Nyoman Musna Antara, Gede Suartaka, serta Nyoman Oka Antara.  

Musna Antara mengatakan, di banjarnya di Penginyahan, harga air bersih per tangki isi 4.000 liter bisa Rp 100 ribu sampai Rp 150 ribu. Sementara kalau penjual air melayani warga lebih di atas seperti di Pedahan Kelod atau Pedahan Kaja, harga air per tangki sampai Rp 200 ribu, tergantung jarak tempuh yang dilayani dan risiko medan jalan.

Nyoman Celos mengatakan, di Kecamatan Kubu, setidaknya ada tiga penjual air bersih skala besar. Mereka juga kerap kewalahan melayani pembeli. Pembeli air terutama yang mendesak karena ada kegiatan upacara, mesti memesan air seminggu sebelumnya. Nyoman Oka Antara mengatakan, saat ini hujan sudah mulai jarang turun di Kubu. Sementara bak air atau cubang tempat menampung air hujan juga sudah menipis, bahkan air cubangnya sudah mengering.  

Oka Antara mengatakan, dari dulu, pihaknya sudah mengingatkan kalau proyek embung yang nilainya sampai Rp 4 miliar untuk satu embung, cenderung mubazir. Soalnya, di Kubu curah hujan rendah, dan tidak ada sumber mata air untuk mengisi embung. Menurutnya, lebih baik masyarakat secara berkelompok diberikan bantuan cubang. Pengerjaan cubang bisa dilakukan secara swadaya. "Di satu sisi, masyarakat mendapatkan pekerjaan, di sisi lain, kelompok penerima bantuan cubang itu diharapkan mengerjakan cubang, dan mengelolanya dengan baik, karena menjadi milik kelompoknya," paparnya.

Sementara itu pantauan di Cutcut, sejumlah warga seperti Nengah Pica dan warga lainnya mengatakan kalau sudah lebih dari dua tahun proyek mata air Kesian, di kaki Gunung Agung, airnya tidak mengalir sampai ke Cutcut, apalagi sampai ke Banjar di bagian bawah di Desa Ban maupun Darma Winangun. Soalnya, pipa air sudah dibuka atau disadap airnya di hulu, sehingga di permukiman penduduk lebih ke bawah tidak mendapatkan air bersih. Padahal, proyek pipanisasi air Kesian itu anggarannya lebih dari Rp 1 miliar, baik dari bantuan rotary maupun Pemkab Karangasem.



Post Date : 13 Agustus 2013