|
Bank Sampah Muntok, Kepulauan Bangka Belitung, selama setahun terakhir mampu merekrut lebih dari 300 orang nasabah seiring meningkatnya pemahaman tentang pentingnya mengelola sampah untuk kelestarian lingkungan hidup. "Bank Sampah Muntok yang berlokasi di Kampung Tegalrejo berdiri kurang dari dua tahun, namun sampai saat ini sudah mampu memiliki 300 lebih nasabah tetap dan puluhan nasabah tidak tetap, bahkan ada beberapa yang berasal dari luar Kecamatan Muntok," ujar Ketua Bank Sampah Muntok, Manto bin Paiman di Muntok, Selasa (8/4). Ia mengatakan pada awalnya perusahaan pribadi tersebut hanya memiliki sekitar 20 orang yang dipekerjakan sebagai pemungut sampah keliling, namun seiring berjalannya waktu para pekerja tersebut tidak mau digaji bulanan dan memilih bekerja lepas karena pendapatannya lebih besar. "Kami tidak memaksa mereka untuk tetap di perusahaan karena memang gaji bulanan yang kami berikan tidak sebanding dengan menjadi nasabah lepas yang gajinya tergantung banyaknya sampah yang disetor," kata dia. Menurutnya, melalui 20 orang itu pihaknya terus memberikan pemahaman kepada masyarakat akan pentingnya mengolah dan memisahkan sampah mulai dari rumah tangga dan menjual sampah nonorganik seperti sampah plastik dan kertas ke bank sampah, sementara sampah organik dijadikan kompos. "Jumlah sampah hasil setoran para nasabah kemudian diolah menjadi bijih plastik, saat ini produksi setiap bulannya mencapai antara empat hingga delapan ton, cukup menjanjikan untuk usaha rumahan seperti ini sekaligus mengurangi tumpukan sampah warga," kata dia. Selain sampah plastik tersebut, kata dia, sampah organik juga sudah dimanfaatkan masyarakat untuk membuat kompos dan memiliki nilai ekonomi tinggi karena untuk kompos kualitas bagus di daerah itu dihargai senilai Rp20.000 per kantong. Berkembangnya bank sampah tersebut, kata dia, selain bisa membantu pelestarian lingkungan juga bisa menyadarkan akan pentingnya memilah sampah di tingkat rumah tangga di daerah ujung barat Pulau Bangka tersebut. Masyarakat harus terus disadarkan untuk mengelola sampah seiring meningkatnya jumlah penduduk, kami juga bekerja sama dengan Dinas Kesehatan dan Bapedalda Kabupaten Bangka Barat untuk mengembangkan bank sampah di desa lain, yaitu di Jebus dan Sinar Sari. "Kami harapkan bank sampah seperti ini bisa terus berkembang dan bisa dikelola kelompok masyarakat di setiap desa di Bangka Barat, peluang kerja dari pengelolaan sampah seperti ini cukup menjanjikan dan jika krestif bisa mengolah sampah menjadi kerajinan atau barang seni lain yang tentunya memiliki nilai ekonomi tinggi," kata dia. Menurutnya, upaya penyadaran kepada masyarakat akan pentingnya mengolah sampah seperti yang dilakukannya tidak akan berhasil tanpa kehadiran pemerintah di tengah masyarakat, karena bagaimana pun pihaknya tidak bisa bekerja sendiri untuk menyelamatkan lingkungan dari meningkatnya volume sampah di daerah itu. Post Date : 10 April 2014 |