|
Direktur Utama (Dirut) Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Albantani Kabupaten Serang, Achmad Rifa’i mengatakan bahwa ketersediaan air baku di wilayah Kabupaten Serang terancam menyusut. Hal itu terjadi akibat perubahan pola iklim dan perubahan pola lingkungan. Akibatnya, sumber mata air di beberapa wilayah di Kabupaten Serang sudah mulai berkurang. Selain itu menurut Rifa`i, tingginya pemakaian air tanah oleh industri tanpa mempertimbangkan dampaknya sangat berpengaruh pada masuknya air laut ke permukiman. Padahal, jika air laut sudah masuk ke permukiman sampai kapanpun tidak dapat diperbaiki. "Kondisi Serang saat ini butuh kehandalan air baku, dalam rangka keberlangsungan kebutuhan air minum untuk masyarakat," ujarnya, saat ditemui disela-sela kegitan Loka Karya Kajian Kerentanan dan Perencanaan Adaptasi Perubahan Iklim Bagi SPAM Kabupaten Serang, kerjasama PDAM Tirta Albantani Kabupaten Serang-IUWASH, Kamis (18/12/2014). Ia mengungkapkan, pada masa-masa tertentu intalasi PDAM tidak dapat dioperasikan untuk mengolah air baku. Hal itu karena air sungai Ciujung yang menjadi bahan baku tercemar limbah industri. "Karena kadang-kadang dari sungai ciujung kami mencoba mengunakan bahan penjernih pun tidak bisa diolah, akhirnya dari pada rusak kami tidak mengoperasikan sampai menunggu air yang benar-benar tidak tercemar akibat aktifitas manusia atau industry," ujarnya. Karena menurutnya, masalah ketersediaan air baku tidak hanya dipengaruhi oleh perubahan iklim. Karena penurunan debit air juga dipengaruhi oleh perubahan pola lingkungan akibat pencemaran. "Kita punya sungai besar seperti Ciujung dan Cidurian. Jika ada pencemaran maka tidak bisa dipaksakan untuk diolah," ujarnya. Dijelaskannya, dengan adanya perubahan iklim dan perubahan pola lingkungan dampaknya berpengaruh pada sumber mata air. seperti di wilayah Kecamatan Baros pada awalnya bisa mensuplai air hingga 120 liter perdetik ke Kota Serang, namun dengan adanya perubahan iklim dan perubahan lingkungan sekarang hanya mampu mensuplai 40 liter perdetik. "Jadi ada penyusutan sekitar 80 liter perdetik. Pola-pola yang bisa mengembalikannya yakni melakukan pembuatan sumur resapan," katanya. Sementara itu, Ketua Tim Air Baku dan Perubahan Iklim Airwas, Agus Hermani mengatakan, kalau memang kerentanan tersebut ingin ditangani maka PDAM harus menyiapkan ide untuk mengantisipasi hal tersebut. "Misalnya jika salah satu asetnya terganggu mungkin akibat bencana alam, maka sebelum hal itu terjadi PDAM harus membangun cadangan terlebih dulu," ujarnya. Post Date : 19 Desember 2014 |