SURABAYA, KOMPAS - Sebanyak 453 desa di 205 kecamatan se-Jawa Timur rawan banjir. Banjir berpotensi terjadi karena luapan 162 sungai yang tersebar di hampir seluruh wilayah ini.
Berdasarkan data Dinas Pekerjaan Umum (PU) Pengairan Jatim, beberapa daerah yang berpotensi besar banjir di seluruh wilayahnya adalah Surabaya, Sidoarjo, Mojokerto, Jombang, Nganjuk, Kediri, Nganjuk, Madiun, Magetan, Ngawi, Ponorogo, dan Pacitan. Beberapa daerah lainnya juga berpotensi banjir meski dalam lingkup yang lebih sempit.
”Curah hujan di Jatim naik drastis hingga 310 persen dari rata-rata. Akibatnya, saluran air di seluruh Jatim tak mampu menampung air hujan,” kata Gubernur Jatim Soekarwo, Kamis (9/12) di Surabaya.
Untuk mengantisipasi terjadinya banjir yang lebih besar, Pemprov Jatim akan mengatur aliran air di beberapa sungai besar, seperti Bengawan Solo dengan membuka pintu-pintu air untuk mengalirkan limpahan air ke laut serta mengoptimalkan penggunaan pompa air.
”Dalam jangka pendek, pengendalian banjir mengandalkan pintu-pintu air. Untuk jangka panjang, di daerah muara harus dilakukan pengerukan,” kata Soekarwo.
Selama empat hari terakhir, banjir telah melanda sembilan kabupaten/kota di Jatim. Curah hujan yang tinggi mengakibatkan jembatan dan beberapa tanggul jebol akibat tidak kuat menahan luapan air.
Sembilan kabupaten/kota yang mengalami banjir adalah Kota Surabaya, Kabupaten Madiun, Mojokerto, Ngawi, Magetan, Ponorogo, Pacitan, Pasuruan, dan Sampang.
Peninggian tanggul
Hujan deras di daerah tangkapan air Kali Lamong mulai dari wilayah Kabupaten Jombang, Mojokerto, Lamongan, Gresik dan Kota Surabaya menyebabkan debit Kali Lamong meningkat pesat dalam dua hari terakhir. Akibatnya, Kali Lamong meluap dan menggenangi wilayah Kelurahan Sumberejo dan Tambak Dono, Kecamatan Pakal, Surabaya.
Akibat debit air meningkat, penampang sungai menyempit dan mengalami pendangkalan. Selain itu, banyak tanggul yang kritis dan rendah sehingga air meluap ke wilayah Kota Surabaya. Di samping itu, debit air di saluran Gunungsari juga meningkat hingga tidak bisa mengalir ke Kali Lamong.
Tahun 2011 Pemprov Jatim mengusulkan agar Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo memprioritaskan penanganan normalisasi dan peninggian tanggul Kali Lamong, khususnya di bagian hilir.
Sejumlah titik tanggul di Kecamatan Widang, Kabupatan Tuban, juga rawan jebol. Pada parafet tanggul terjadi rembesan air dengan lubang kebocoran berdiameter mencapai 10 sentimeter hingga 20 sentimeter.
Rembesan air dari parafet itu mengalir ke bantaran hingga ke selokan di jalan desa. Adapun sisi dalam parafet juga longsor sepanjang 30 meter.
Kepala Desa Kedungharjo, Simanjaya, menyatakan kondisi itu membuat warga panik. Saat ini ketinggian muka air Bengawan Solo di Widang dan sekitarnya pada posisi siaga II.
Jika tanggul yang diparafet itu jebol, air akan merendam 16 desa di Widang, Kabupaten Tuban, maupun di Laren, Kabupaten Lamongan. (ABK/ACI)
Post Date : 10 Desember 2010
|