|
PALEMBANG, KOMPAS — Sekitar 7.606 hektar sawah di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Sumatera Selatan, terendam banjir selama tiga hari terakhir. Banjir juga merendam sekitar 70.000 pohon pepaya di kabupaten sentra pertanian padi dan hortikultura itu. Hingga Senin (6/1), banjir yang berasal dari luapan anak-anak sungai akibat tingginya curah hujan di kawasan hulu sungai di perbukitan Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan masih merendam kawasan pertanian 131 desa di setidaknya 14 kecamatan di Kabupaten OKU Timur. Ketinggian air bervariasi hingga 1 meter. Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura OKU Timur Tubagus Sunarseno mengatakan, gagal tanam akibat banjir diprediksi sekitar 20 persen atau sekitar 1.000 hektar. Hal ini karena tanaman padi yang terendam masih berusia muda, berkisar satu-empat pekan. ”Kerugian petani untuk sawah Rp 3 juta-Rp 4 juta per hektar,” katanya. Kerusakan di lahan pertanian pepaya dan jagung diperkirakan juga tinggi sebab usia tanaman masih muda. Salah satu daerah pertanian hortikultura yang paling parah terkena banjir adalah empat desa di Kecamatan Cempaka yang berada di tepi anak sungai. Meski ada lahan pertanian yang gagal panen, menurut Tubagus, banjir di OKU Timur belum mengancam produksi padi. Banjir hanya akan menggeser masa tanam dan masa panen di lahan yang rusak. Petani umumnya sudah menyediakan cadangan sarana produksi, seperti benih dan pupuk, untuk secepatnya memulai masa tanam kembali setelah banjir surut. Kawasan pertanian OKU Timur mengalami banjir cukup besar pada musim hujan dua tahun terakhir. Banjir juga merendam puluhan hektar tanaman padi di Kabupaten Ngawi, Magetan, dan Sampang, Jawa Timur. Banjir di Kabupaten Ngawi dan Magetan disebabkan meluapnya Bengawan Madiun setelah hujan deras melanda wilayah hulu di Kabupaten Madiun dan Kabupaten Ponorogo. Adapun banjir di Sampang disebabkan meluapnya Kali Kemuning. Banjir juga menggenangi permukiman warga dan memutus jalan. Banjir di Ngawi memutus akses yang menghubungkan Ngawi dengan Madiun di Kecamatan Kwadungan, Ngawi. Banjir di Magetan memutus jalur alternatif yang menghubungkan Magetan dengan Madiun dan Ngawi. Banjir di Sampang melumpuhkan akses dari Sampang menuju Kecamatan Omben. Sementara itu, hujan disertai angin kencang akhir-akhir ini membuat petani di Timor Barat, Nusa Tenggara Timur, khawatir akan gagal panen. Hujan disertai angin mengakibatkan penyerbukan bunga jagung dan padi tidak sempurna. Direktur Yayasan Aksi Kemanusiaan Petani Timor Martinus Krivo di Soe, mengatakan, total lahan pertanian padi dan jagung di tiga kabupaten di Timor Barat, yakni Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, dan Belu, sekitar 15.000 hektar. (ire/nik/eta/kor) Post Date : 07 Januari 2014 |