|
Musim kemarau yang panjang saat ini membuat sebagian besar wilayah Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, mengalami krisis air bersih. Krisis ini tidak hanya dialami warga pesisir di tiga kecamatan, yakni Bontoa, Marusu, dan Maros Baru, tapi juga masyarakat yang bermukim di wilayah kota, seperti Turikale.
Sumarni, warga Perumahan Nasional Tumalia, Maros, mengatakan, untuk mendapatkan air bersih dari perusahaan daerah air minum (PDAM) setempat, warga harus menunggu hingga pukul 00:00 Wita. "Kami baru bisa dapat air bersih setelah pukul dua belas malam, hingga empat dinihari. Jadi, kalau tidak bangun tengah malam, maka paginya pasti kita kesulitan mendapat air untuk mandi, mencuci, dan masak," kata Sumarni, Selasa, 23 September 2014.
Sedangkan warga Kecamatan Bontoa yang menetap di wilayah pesisir setiap pagi dan sore terpaksa berbondong- bondong membeli air untuk mandi di sumur milik sejumah warga di desa tetangga dengan harga Rp 2 ribu per 30 liter. Adapun air bersih untuk keperluan memasak dan minum dibeli warga lewat agen penyalur PDAM seharga Rp 3 ribu per 30 liter.
"Jangankan air untuk minum. Air tawar saja untuk digunakan mencuci dan mandi. Kalau musim kemarau seperti ini kami selalu kesulitan," kata Ancu, warga Desa Pajukukang, Kecamatan Bontoa.
Direktur PDAM Maros Abdul Baddar mengatakan krisis air bersih terjadi bukan karena kurangnya ketersediaan air, tapi masalah teknis pendistribusian air. Sumber air PDAM Maros, kata dia, berada di Bantimurung, yang berjarak 10 kilometer dari Kota Maros.
"Dua hari lalu, pipa sambungan air yang mengarah ke permukiman penduduk wilayah Kota Maros terlepas dan masih dalam upaya perbaikan," kata Baddar.
Dia menargetkan perbaikan pipa itu selesai hari ini, sehingga distribusi air dapat kembali normal. "Kekurangan suplai air terjadi menyeluruh di wilayah Maros," ujar Baddar.
Sedangkan distribusi air ke wilayah pesisir, kata Baddar, memang sulit dilakukan. Jaringan air untuk wilayah pesisir sudah ada, tapi air sulit mengalir ke wilayah tersebut.
"Kemampuan suplai air bersih belum bisa menjangkau wilayah pesisir. Meski dimaksimalkan, aliran airnya tetap saja tidak bisa sampai. Dan jika dipaksakan, pipa instalasi di saluran induk bisa saja meledak," kata Baddar.
Untuk membantu memenuhi kebutuhan air bersih di wilayah pesisir, kata dia, PDAM hanya mampu menyediakan pengiriman air sebanyak 2 mobil tangki per hari. "Warga yang membutuhkan air bersih tetap kita bebani biaya operasional, dari Rp 100 ribu hingga Rp 150 ribu untuk setiap ritnya," kata Baddar.
Post Date : 24 September 2014 |