|
JAKARTA, KOMPAS — Genangan air merendam jalan dan mengakibatkan banjir di permukiman saat hujan deras mengguyur Jakarta. Ini jadi bukti jika drainase kota ini masih bermasalah. Gorong-gorong tak berfungsi, saluran air tertutup bangunan, sampai buruknya kondisi sungai belum juga teratasi. Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengakui, genangan masih saja muncul di banyak tempat di Jakarta seusai hujan deras karena masalah klasik. ”Saluran air kita banyak yang ke sungai. Di sepanjang saluran hingga ujungnya tertutup bangunan. Ditambah lagi orang buang sampah ke situ. Lengkap sudah,” katanya, di Jakarta, Senin (11/11). Basuki mencontohkan, di salah satu tempat di Grogol, Jakarta Barat, gorong-gorong yang seharusnya sedalam 2 meter tinggal 15 sentimeter. Akibatnya, di tempat itu selalu terjadi genangan setiap kali turun hujan deras walau sebentar. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bakal mengambil langkah tegas dengan membongkar bangunan yang menutup saluran air. ”Sering kali kalau membongkar bangunan harus memberi tempat untuk relokasi. Lalu, warga minta tempatnya di situ juga. Ya, mana bisa,” ujar Basuki. ”Kami sudah bekerja. Air sudah turun cepat setelah beberapa jam, tetapi itu tidak maksimal karena selama ada genangan, timbul kemacetan. Ya, kita berdoa saja. Berdoa sambil bekerja,” lanjut Basuki. Hal senada disampaikan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Manggas Rudy Siahaan. Alih fungsi tata ruang jadi penyumbang terbesar penyebab banjir di Jakarta. ”Kapasitas saluran jelas berkurang akibat pertumbuhan penduduk, perubahan tata ruang, dan bangunan liar,” katanya. Tersumbat sampah Sementara Kepala Unit Pengelola Kebersihan Pesisir dan Pantai Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta Budi Karya Irwanto mengungkapkan, walau 50 saluran penghubung sudah dibersihkan, sebagian saluran masih tersumbat sampah. Timbunan sampah menumpuk setiap hari dan mempersempit kapasitas saluran. ”Saat ini 80 persen saluran tersumbat sampah. Kami masih terus membersihkannya dengan mengerahkan peralatan dan petugas di lapangan. Persoalannya, setelah dibersihkan, sampah kembali menutup saluran,” kata Budi. Di Jakarta, total ada 1.085 saluran penghubung. Saluran penghubung ini menghubungkan saluran mikro dan 13 sungai di Jakarta. Rinciannya, 180 saluran ada di Jakarta Utara, 513 saluran di Jakarta Barat, 163 saluran di Jakarta Pusat, 109 saluran di Jakarta Timur, dan 120 saluran di Jakarta Selatan. Persoalannya, kata Budi, saat ini sebagian besar warga masih menganggap sungai sebagai tempat sampah besar. Jadi, hampir setiap hari ada penambahan sampah di sebagian besar saluran. ”Di kawasan yang sama, banyak tempat pembuangan sampah tidak resmi,” kata Budi. Bukan hanya sampah, saluran penghubung juga terganggu sejumlah bangunan semipermanen ataupun permanen. Kepala Dinas Penertiban dan Pengawasan Bangunan Provinsi DKI Jakarta Putu Indiana memastikan bangunan yang ada di atas saluran tidak berizin. ”Kami tidak pernah mengeluarkan izin di sana,” kata Putu. Periksa Kemarin, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo meninjau beberapa lokasi genangan yang muncul setelah hujan deras mengguyur Jakarta pada akhir pekan lalu. Selain pembersihan saluran, pengerukan sejumlah waduk dan penyiagaan pompa air diharapkan bisa mengurangi volume genangan di Jakarta. Di Jakarta Barat, Pemprov DKI Jakarta dan pemerintah pusat berencana menormalkan sodetan Kali Pesanggrahan di lingkungan RW 005, Kelurahan Kedoya Selatan, Kebon Jeruk, dan di Kali Pesanggrahan. Kedua proyek akan dimulai awal Desember 2013. Upaya menyodet Kali Pesanggrahan juga dilakukan di aliran antara Jembatan Cipulir dan Pos Pengumben. Di kawasan itu, sebagian warga mulai merasakan dampak positif, yaitu berkurangnya ancaman banjir selama musim hujan tahun ini. Akan tetapi, bersamaan dengan program revitalisasi itu, ada pembangunan besar-besaran proyek permukiman dan universitas di wilayah tersebut. Sebagian warga khawatir, kelak hanya kompleks permukiman mewah dan kampus yang terhindar banjir. Di Jakarta Utara, genangan masih terjadi di 19 tempat, di antaranya di RW 003 Kapuk Muara serta RW 001 dan 004 Kamal Muara. Kepala Suku Dinas Pekerjaan Umum Tata Air Jakarta Utara Wagiman Silalahi mengaku, lokasi rawan genangan terus berkurang dalam beberapa tahun terakhir. Lokasi yang belum tertangani karena saluran tersumbat sampah, endapan lumpur, dan tertutup bangunan. Tahun ini, Suku Dinas PU Tata Air Jakarta Utara mendapat anggaran pengairan sebesar Rp 39,7 miliar. Dana itu untuk 55 proyek yang telah ditandatangani kontraknya, di antaranya pembangunan pompa dan rumah pompa Kapuk IB dan Kamal Muara yang ditargetkan selesai Desember 2013. Secara terpisah, Camat Cempaka Putih Lilik Yuli Handayani mengatakan, sebelum melakukan pembongkaran bangunan di atas saluran air, perlu dilakukan sosialisasi. Sosialisasi ini penting dilakukan untuk mencegah terjadinya penolakan dari penghuni bangunan. (MKN/ART/FRO/WIN/NDY/NEL) Post Date : 12 November 2013 |