BANK SAMPAH HADIR DI PAPUA

Sumber:tabloidjubi.com - 11 Juni 2013
Kategori:Sampah Luar Jakarta

“Bank Sampah Nemo Papua muncul dari selaras dengan lingkungan hidup. Jadi kita juga membantu pemerintah dalam hal menyehatkan lingkungan. kedua dengan sendirinya kami mengajar masyarakat untuk memperlakukan sampah dengan baik. Artinya jangan membuang sampah sembarangan, lebih baik sampah itu kita jadikan uang daripada di buang,” kata Direktur Bank Sampah Nemo Papua, Abeth Katili kepada wartawan, di Jayapura, Selasa (11/6). 

Dia menjelaskan, jika ingin menjadi nasabah bank sampah, pertama yang harus dilakukan adalah memberikan pas foto 4×6, foto copy identitas, membawa minimal 1 kg sampah, kemudian mengisi formulir nasabah. “Jadi sama saja seperti bank lainnya, bedanya di bank lain nasabah datang membawa uang, namun di bank sampah nasabah datang membawa sampah minilal 1 kg dengan begitu akan mendapat no rekening dan uang,” tambahnya. 

Saat ditanya berapa total uang yang akan didapat dari seorang nasabah, ujar Dia, itu semua tergantung dari sampah yang dibawa, dimana untuk sampah botol plastik dihargai Rp1000 per kilo dan plastik Rp1500 per kilo. 

“Jadi kita pilah jenis sampah apa yang dibawa kemudian timbang. Tapi yang harus diingat adalah nasabah bank sampah harus membawa sampah yang sudah bersih. Jadi kita tidak terima sampah yang berlumpur dan kotor. Kita memang melatih nasabah untuk memperlakukan sampah dengan benar mulai dari sampah rumah tangga, kalau pelajar ya bagaimana dia habis minum jangan buang sembarangan, setelah dia kumpul banyak bawalah ke bank sampah,” tukasnya.

Apa komentar pemerintah soal hadirnya bank sampah, kata Abeth, pihaknya baru mulai, namun hal ini sudah diketahui pemerintah kota dan sangat ditanggapi positif. 

Lanjutnya, saat ini Bank Sampah Nemo Papua telah memiliki unit cabang di SMK 3, dimana disitu ada sekitar 1700 nasabah yang semuanya adalah pelajar sekolah itu. “Jadi setiap siswa ada rekening tersendiri. Sementara untuk dana, pihaknya masih menggunakan dana pribadi (independent),” tambahnya. 

Sementara itu, Rudy Gedy, salah satu Kepala Bidang di BLH Kota Jayapura, mengakui, masih banyak pola pikir terhadap sampah harus dibuang karena sudah tidak mempunyai keuntungan jika disimpan, sehingga  penanganan sampah masih berprinsip ‘cost center’ karena sampah-sampah yang diproduksi setiap harinya selalu dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) membuat beban baru bagi Pemerintah. 

“Sudah saatnya pola pikir tersebut diubah dengan menerapkan prinsip ‘profit center’, di mana masyarakat turut menyadari bahwa sampah masih bisa diolah menjadi sesuatu yang berguna bahkan mendatangkan keuntungan, disini kita latih bagaimana mereka bisa memilih dan memilah sampah yang bisa menguntungkan dirinya kedepan,” ujar Gedy.



Post Date : 12 Juni 2013