GUNUNGPATI- Memasuki musim kemarau, sebanyak 447 keluarga Kampung Kalialang Baru, Kelurahan Sukorejo, Kecamatan Gunungpati mulai kesulitan air bersih.
Sebab, sumur warga mulai mengering dan air dari Sedang Gayam yang dialirkan ke kampung tersebut debitnya berkurang. ’’Kini warga kami mulai kesulitan mendapatkan air bersih. Debit air Sedang Gayam yang dialirkan ke kampung berkurang. Padahal, sendang tersebut merupakan sumber air utama warga setempat,’’ kata Ketua RW 7 Kalialang Baru, Suratno.
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, warga terpaksa harus antre di kran-kran yang ada. Puluhan jerigen tampak di taruh di sekitar kran-kran pipa jaringan Sendang Gayam yang tersebar di wilayah tersebut.
Dia mengatakan, untuk mengatasi kekeringan tersebut pihaknya berharap PDAM segera mengoperasikan jaringan pipa baru di kampung tersebut. Jaringan tersebut merupakan bantuan dari pemerintah pusat.
Apabila belum bisa dialiri warga berencana mengajukan bantuan air bersih ke Pemkot. ’’Harapannya air PDAM dapat segera dialirkan ke kampung kami,’’ katanya. Sumur Kering Hal senada diungkapkan Muslimah, warga RT 4, RW 7, Kampung Kalialang Baru. Menurutnya, kini sumurnya sudah mulai mengering karena hanya tadah hujan. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, dirinya harus antre bersama warga lainnya di kran jaringan pipa Sendang Gayam di kampungnya. ’’Jika krannya mati, kami terpaksa mandi dan mencuci ke sungai,’’ jelasnya.
Ngasmi, warga RT 3, RW 6 Kampung Deliksari mengatakan, sumurnya dan milik warga lainnya juga sudah mulai mengering. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih ia terpaksa antre di bak penampungan air.
Sebab, air Sendang Gayam yang dialirkan ke wilayah RW 6 debitnya kian mengecil. Mereka terpaksa harus antre jeriken untuk mendapatkannya. Pembagian pun dilakukan secara merata.
’’Ada juga warga yang membeli air bersih, harganya Rp 500 per galon. Sedangkan, kebutuhan air bersih setiap warga bisa lebih dari 10 galon perharinya,’’ terangnya. (H3-41)
Post Date : 13 Juli 2009
|