|
Warga Pekon Karangsari, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Pringsewu, keluhkan pembangunan sumur bersih. Pasalnya, hingga saat ini sumur yang dibangun melalui dana anggaran pembelian dan belanja negara (APBN) tersebut belum dapat beroperasi sesuai dengan harapan warga sekitar yang mendambakan air bersih. Kepala Pekon Karangsari Supri menjelaskan, kejanggalan pembangunan sumur bor tersebut telah terjadi dari awal pelaksanaan. Pihak rekanan tidak memasang papan nama proyek dan tidak meminta izin terlebih dahulu kepada pihak aparat desa. "Sehingga warga tidak tahu persis itu pekerjaan siapa, sedang dibangun apa dan berapa besar anggaran yang digunakan untuk pembangunannya," katanya, Minggu (9/2). Pekerjaan tersebut telah dimulai sejak tahun 2013 lalu, akan tetapi belum tersedia sumber listrik untuk menyedot air sumur bor, sehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh warga. Pihak aparat desa sudah berkali-kali coba menghubungi pihak Dinas Pekerjaan Umum (PU) Provinsi untuk melaporkan kejadian ini. "Katanya mereka akan mengecek lokasi dan menegur rekanan agar disediakan sumber listriknya, tapi sudah tiga bulan kami tunggu-tunggu belum juga ada tindakan," ujarnya. Supri menambahkan, seandainya pihak rekanan dapat berkoordinasi dengan aparat desa setempat, setidaknya pihak desa akan dengan senang hati membantu mencari KWH listrik milik warga yang dijual. "Jika rekanan berdalih terbentur dengan sistem administrasi di kantor PLN, masa iya dalam jangka waktu 3 bulan tidak dapat diselesaikan. Sekarang hasil pembangunan itu tidak ada manfaatnya bagi kami karena tidak dapat beroperasi dengan seharusnya," kata dia. Mustajar, tokoh masyarakat Pekon Karangsari juga mengungkapkan hal yang sama, biaya anggaran hanya akan terbuang anggaran percuma jika bentuk pekerjaan yang seperti itu. Apa gunanya pemerintah menyiapkan anggaran untuk pembuatan sumur bersih kalau tidak bisa dirasakan manfaatnya untuk warga setempat. "Padahal, ketika diketahui akan dibangun sumur bersih oleh pemerintah, warga setempat sempat selamatan memotong ayam kegirangan. Karena daerah dusun satu sangat sulit sekali untuk mendapatkan air bersih," tuturnya. Masih menurut Mustajar, sebelumnya pihak pemerintah juga pernah membangun sumur bor di desa setempat. Namun pembangunan tersebut bisa dikatakan gagal karena warga tidak dapat merasakan manfaatnya. "Kami berharap agar pembangunan sumur bersih yang terakhir ini tidak mengalami nasib yang sama, sebab kami betul-betul membutuhkan air bersih," harapnya. Sementara Sigit, konsultan dari Dinas Pekerjaan Umum Provinsi ketika dihubungi mengaku bahwa pekerjaan yang menghabiskan dana anggaran berkisar Rp330 juta tersebut sudah melalui tahap proses serah terima. Serta berdalih jika penyediaan arus listrik terhambat dengan administrasi di PLN. "Menurut pengakuan rekanan katanya sumber listriknya sudah tersedia, nanti saya akan coba melihat ke lokasi," katanya via ponsel. Post Date : 10 Februari 2014 |