|
Genangan air akan terus mengancam wilayah Kota Surakarta, bila sistem
saluran air (drainase) tidak diperbaiki. Menurut data Dinas Pekerjaan
Umum (DPU), sebanyak 65 persen drainase kota rusak dan tidak bekerja
secara baik. ”Drainase yang rusak itu tersebar di seluruh penjuru kota,” kata Agus akhir pekan lalu. Agus mengatakan, butuh anggaran Rp 1 miliar lebih untuk membenahi saluran air tersebut. Anggaran sebanyak itu hanya mampu untuk tahapan perbaikan. ”Kalau ingin bebas genangan air, saluran air primer dan sekunder harus ikut dibersihkan. Ini membutuhkan anggaran yang lebih besar lagi,” tandasnya. Perilaku masyarakat ikut memengaruhi fungsi saluran air. Menurut Agus, dari pengalamannya melakukan pengerukan sedimentasi saluran air di Jalan Kapten Mulyadi, beberapa waktu lalu, aktivitas warga menutup saluran air ikut memengaruhi kedalaman air. ”Hampir seluruh saluran air tertutup tanah sehingga tidak berfungsi. Kondisi ini sangat memprihatinkan kami,” katanya. Ke depan, ia berharap Solo memiliki saluran air besar (primer). Saluran air jenis ini bisa menampung air lebih besar, dan proses perawatannya lebih mudah. ”Yang ada sekarang ini hanya saluran air sekunder dan tersier ditambah saluran air lingkungan (kampung). Saluran air jenis ini tidak akan mampu membebaskan Solo dari genangan air,” katanya. Agus lalu mencontohkan saluran air primer di Jalan Adisucipto yang dibangunnya untuk mengatasi genangan air di kawasan tersebut. Saluran air primer itu sudah mulai bekerja intensif dan mengurangi genangan. ”Kami butuh saluran air seperti itu (saluran air di Jalan Adisucipto). Bila Solo punya saluran air sejenis itu belasan saja, saya yakin genangan air tidak akan terjadi,” harapnya. Post Date : 13 Maret 2013 |