|
Jakarta, Kompas - Kampanye pelestarian Sungai Ciliwung kembali berdengung dalam peringatan Hari Air Sedunia, Jumat (22/3). Kali ini, semua pihak sepakat, butuh aksi langsung dan masyarakat harus berperan sebagai motor pendorong kegiatan penyelamatan Ciliwung. Kunci utama pelestarian sungai adalah penegakan hukum formal dan penerapan sanksi sosial. Hal ini mengemuka dalam diskusi ”Solusi Air Berbasis Masyarakat”, bagian dari kegiatan Perayaan Hari Air Sedunia 2013: Gotong Royong Peduli Air yang diselenggarakan Gerakan Bersih Ciliwung (GBC), PAM Jaya, Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Pekerjaan Umum, Indonesia Global Compact Network (IGCN), dan pendukung lain di kantor GBC. Prigi Arisandi, aktivis lingkungan dari Surabaya, Jawa Timur, menyatakan, kondisi Sungai Brantas di daerahnya, kini, semakin baik karena hukum tegas dilaksanakan. ”Ada dua direktur perusahaan dipenjara karena membuang limbah ke Kali Brantas,” katanya. Krido Suprayitno, Camat Depok, Sleman, Yogyakarta, juga menceritakan kondisi daerahnya di kawasan hulu Sungai Gajah Wong yang bermuara di Laut Selatan Pulau Jawa. Sampai kini, Krido tidak menampik, ada saja orang membuang limbah dan sampah ke Gajah Wong. ”Ada kesepakatan untuk tidak mendatangi undangan apa pun dari pembuang sampah, dari kawinan sampai tidak melayat kalau meninggal,” katanya. Krido menegaskan, mengelola sungai tidak bisa terpisah-pisah secara administrasi karena daerah aliran sungai adalah satu kawasan utuh. Melempem Erna Witoelar, aktivis lingkungan, menyatakan pendapat serupa. ”GBC sudah ada sejak tahun 1989. Kala itu, targetnya dalam 20 tahun Ciliwung bersih dan bisa jadi sumber air baku. Ternyata melempem. Tahun lalu, kami perbaiki lagi komitmen GBC dan terapkan rencana strategis agar pelestarian Ciliwung bisa berjalan,” katanya. Erna dan Ketua GBC saat ini, Peni Susanti, menyatakan, sekarang GBC melibatkan komunitas peduli Ciliwung di kawasan Puncak, Bogor, Depok, dan Jakarta, serta menggandeng pemerintah dan swasta. Kendati tergolong lambat, pelestarian Ciliwung mulai menampakkan hasil. Aliran sungai dan bantaran Ciliwung di Lenteng Agung dan Tanjung Barat, kini, cukup bersih setelah ada kegiatan rutin bersih-bersih sampah oleh Kopassus dan warga. Kepala Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah DKI Jakarta Tauchid membenarkan, butuh penegakan hukum dan sanksi sosial agar Ciliwung kembali baik. Peraturan daerah (perda) tentang sampah yang baru diupayakan disahkan, sehingga bisa diterapkan. ”Kami juga mulai menerapkan program berbasis masyarakat dalam pelestarian sungai,” katanya. Aturan sempadan Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum Muhammad Hassan menyampaikan, pihaknya, Maret ini, membentuk tim teknis yang akan melihat kondisi sempadan Sungai Ciliwung di Depok. Hassan menegaskan, tahun ini, aturan tentang batas sempadan Ciliwung di Depok akan ditetapkan. ”Penetapan dari kami tetap membutuhkan penguatan dengan perda,” katanya. Pernyataan Hassan ini menjawab kegelisahan masyarakat Depok, karena 1-2 tahun terakhir banyak pengembang tanpa izin mengokupasi bantaran Ciliwung. Dampaknya, terjadi erosi parah di beberapa bagian bantaran. Jakarta kurang air baku Pelestarian sungai ini diharapkan bisa menjawab persoalan besar air yang dihadapi Jakarta. Direktur Teknik PT PAM Jaya Henry M Limbong mengatakan, kekurangan air di Jakarta saat ini mencapai 6.000 liter per detik. ”Tahun 2015, kekurangan air baku bisa sampai 10.000 liter per detik. Kebutuhan sudah sangat mendesak, dan upaya penambahan harus dipercepat,” katanya. Limbong menambahkan, harus ada upaya signifikan dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan operator air bersih untuk membuat terobosan penambahan air baku. Jakarta masih menanti tambahan curah dari Waduk Jatiluhur sebanyak 4.000 liter per detik tahun 2015. Presiden Direktur PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja) Christophe Comte mengakui, ketahanan air di Jakarta sangat rendah, dan sangat bergantung pada wilayah sekitarnya. PT PAM Jaya dan PT Palyja tengah mengupayakan penambahan air baku sampai 2.900 liter per detik. Warga Jakarta yang saat ini terlayani air bersih baru 61 persen. Penambahan air baku hanya menambah pelayanan 20-30 persen. ”Kami mengimbau Pemprov DKI untuk mengkaji sumber air di luar Sungai Ciliwung,” kata Kepala Bidang Pelayanan dan Humas Badan Regulator Perusahaan Air Minum DKI Jakarta Dedy Pujasumedi. (NEL/FRO/*) Post Date : 25 Maret 2013 |