|
PEKALONGAN - Masyarakat Kota Pekalongan nampaknya harus mulai hati-hati mengonsumsi air minum. Sebab, berdasarkan survei Indonesia Sanitation Sector Development Program (ISSDP), sebanyak 43,6 persen sumur warga tidak aman. Alasannya, air minum diambil dari sumur tidak terlindungi. Yakni, tanpa ada jaminan kebersihan, seperti tanpa diberi penutup serta tercemar. Hal itu, kemarin terungkap dalam konsultasi publik Environmental Health Risk Assessment (EHRA) program pengembangan sanitasi di Kota Pekalongan yang disampaikan Risang Rimbat Maja dari Indonesia Sanitation Sector Development Program (ISSDP) Jakarta, di aula Gedung KPU. Disebutkan, dari hasil survei kader lapangan di berbagai kelurahan, di Kota Pekalongan terdapat 36 persen sumur gali tak terlindungi dengan frekuensi 743 sumur dan yang menggunakan air ledeng atau PDAM hanya 21,4 persen atau 441 rumah. Buat Buku ”Sumur gali terlindungi frekuensinya hanya 286 dengan persentase 13,9 persen. Sumur terlindungi itu dengan berbagai tambahan perlengkapan pengaman, di antaranya adalah penutup lubang sumur,” katanya. Di sela-sela kegiatan itu, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Pekalongan Ir Chairudin Mustahal menjelaskan, pihaknya melakukan pendataan terhadap sanitasi untuk mempelajari kondisi yang terjadi di masyarakat dan membuat buku putih pemantauan. Data yang terangkum dalam buku putih merupakan akses warga terhadap sanitasi yang ada seperti jamban, air bersih, sampah, limbah dan kondisi lingkungan lain. ”Dari buku putih itu, akan diaplikasikan oleh Satuan Kerja Perangkat Dinas (SKPD) terkait untuk menindaklanjuti, sebagai upaya penanganan. Misalnya, pada masalah sarana dan prasarana akan dilakukan DPU, kemudian kesehatan pada Dinas Kesehatan, serta yang lain,”tegas Chairuddin. (H52-61) Post Date : 24 Desember 2008 |