|
Belasan perempuan sedang duduk-duduk berkumpul di pinggir selokan sepanjang Jalan Desa Tegalinggah, Kecamatan Sukasada, Buleleng, Kamis (6/11/2015) siang. Di dalam selokan terkumpul beberapa ember dan jeriken. Rupanya, mereka yang sebagian besar ibu rumah tangga tersebut, sedang menunggu ember dan jeriken terisi air penuh dari sambungan pipa kecil yang terpasang di dalam selokan. Pipa itu mengalirkan air dari sumber matai air di bukit Tukad. Satu diantaranya, Kadek Sumiarti. Ketika itu ia menunggu dua ember miliknya terisi air. Namun, belum sampai air memenuhi embernya, air sudah tidak dapat lagi keluar dari pipa. Menurutnya, air biasa mengalir dari pipa siang pukul 12.00 Wita. Namun, baru 15 menit mengalir, air sudah tidak mengalir lagi. "Paling lama ya 30 menit. Sudah itu airnya mati lagi. Di sini satu-satunya sumber air ya dari pipa ini. Ini cuma dapat satu ember air," ujar Sumiarti. Bahkan, ia bersama warga lain harus menunggu air mengalir di pinggir jalan sejak pukul 11.00 Wita. Sebab, keluarnya air dari pipa tidak menentu. Menurutnya, setiap musim kemarau, di desanya selalu kesulitan air bersih. Tidak ada sumber air lain selain yang dialirkan melalui pipa tersebut. Post Date : 06 November 2014 |