Musim kemarau yang melanda sekitar tiga bulan belakangan ini makin
menyulitkan masyarakat untuk mendapatkan air bersih. Kondisi ini hampir merata
terjadi di wilayah Kepulauan Meranti.
Seperti
halnya di wilayah Kota Selatpanjang, warga tak hanya kesulitan mendapatkan air
untuk MCK, namun krisis juga terjadi pada air minum isi ulang. Bahkan hampir di
tiap sumur mulai kering dan hanya sedikit yang tersedia air.
Selamat
(40), warga Sidomulyo Kelurahan Selatpanjang Timur Kecamatan Tebing Tinggi, mengaku
kalau dirinya harus memanfaatkan jasa berjualan air secara berkeliling kepada
warga yang memerlukan.
‘’Selama
kemarau ini saya harus berjualan air bagi mereka yang memerlukan. Kasihan juga
kalau masyarakat sudah musim kering begini, tentu payah mereka mau mendapatkan
air,’’ akunya, Selasa (2/7) saat sedang mengisi air tanah gambut ke dalam
gerigen di salah satu sumur yang berlokasi di Jalan Pembangunan Selatpanjang.
Menurut
Selamat, dalam sehari dia bisa menjualkan air 6 hingga 7 trip. Tiap trip dihargai
sebesar Rp.25.000 dengan jumlah sebanyak 8 gerigen air. Artinya, dalam sehari
dia bisa menghasilkan uang sebanyak Rp150.000 sampai Rp170 ribu.
‘’Sekarang
kita serba sulit pak, air kering, minyak langka. Ya mau bagaimana lagi sudah
macam ini kondisinya, mau tidak mau diterima saja. Tidak bisa berbuat banyak
lagi,’’ tuturnya menceritakan kalau untuk memenuhi keperluan air minum mereka
sekeluarga harus memasak air hujan dari stok di rumahnya.
Kondisi
serupa juga diceritakan Hamzah (45) warga Desa Kuala Merbau Kecamatan Pulau
Merbau. Dia mengaku kalau di desanya tersebut juga sudah kemarau, alias
kekeringan air. Bahkan untuk persediaan air buat mandi pun mulai payah air.(amy)
Post Date : 04 Juli 2013
|