|
Gunung Kidul, Kompas - Sebanyak 41 desa, terdiri 239 dusun di tujuh kecamatan yang sebagian besar berada di wilayah utara Gunung Kidul, menjadi daerah rawan kering baru akibat gempa bumi 2006. Proses pemberian bantuan air bersih di wilayah itu mengalami sedikit hambatan lantaran ketiadaan bak-bak penampung. Air tanah permukaan di beberapa daerah tersebut saat ini menghilang atau bergeser. Masyarakat di daerah ini belum terbiasa mengelola air layaknya warga yang tinggal di wilayah selatan yang biasa menghadapi kekeringan setiap kali musim kemarau tiba. Data tambahan lokasi kekeringan akibat gempa yang dimiliki Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat (Sobermas) Gunung Kidul menyatakan, tujuh kecamatan tersebut adalah Playen, Gedangsari, Ngawen, Nglipar, Patuk, Karangmojo, dan Semin, dengan jumlah kepala keluarga (KK) miskin yang disuplai mencapai 13.729. Sebelumnya, data pemetaan daerah rawan kering tahun 2007 ada 54 desa atau 368 dusun dengan jumlah KK miskin 20.932. "Tahun ini potensi kekeringan lebih parah. Di Patuk dan Gedangsari, misalnya, air tanah yang sebelum gempa tersedia cukup banyak kini hilang," ujar Samsul Bahri, Kepala Bidang Sosial Dinas Sobermas, Selasa (4/9). Seperti daerah kering di selatan, menurut Samsul, bantuan air untuk masyarakat yang tinggal di wilayah utara sudah dilakukan sejak Agustus. Hanya saja, proses pembagian air menjadi sedikit lebih lama. Truk tangki pendistribusi tidak bisa langsung memindahkan air ke bak penampung untuk kemudian diteruskan ke warga. "Karena tidak terbiasa mengalami kekeringan, maka warga di wilayah utara tidak memiliki bak. Sopir kami, misalnya, harus membagikan air dari jeriken ke jeriken. Ada juga yang memakai terpal. Air dari tangki dituang ke terpal yang dibentuk seperti kolam untuk kemudian diambil warga," tutur Samsul. Kepala Kantor Informasi dan Komunikasi Gunung Kidul CB Supriyanto mengemukakan, tahun ini ada 25 unit bak penampungan baru yang dibangun menyebar, termasuk di wilayah utara. Bak-bak itu dibangun secara bertahap hingga keberadaannya mencukupi di setiap wilayah. Mobil tangki Dari 18 mobil tangki yang dimiliki pemerintah kabupaten, 11 buah di antaranya dikelola oleh kecamatan. Tujuh mobil sisanya hanya dipakai untuk membantu kecamatan yang tidak mampu menyuplai semua wilayah akibat kondisi alam yang sulit dijangkau. Setiap mobil tangki akan menyuplai lokasi yang sama rata-rata sekali dalam sepekan (enam hari kerja) atau satu putaran. Adapun secara keseluruhan jumlah total air yang terdistribusi mencapai 170 rit per minggu.(WER) Post Date : 05 September 2007 |