Bocor, Masalah Klasik

Sumber:Republika - 29 April 2013
Kategori:Air Minum
Kebocoran aliran air bersih dan minimnya air baku memperparah kon disi defisit air penduduk DKI Ja karta. Ketua Forum Air Jakarta Sri Widayanto Kaderi mendesak agar Pemprov DKI Jakarta dan pemerintah pusat perlu menyusun langkah untuk mengatasi krisis air baku untuk air minum. "Jakarta saat ini sedang menghadapi krisis air minum," ujarnya.

Kebutuhan terhadap air minum selalu tumbuh, sedangkan pasokan air baku relatif sama. Dengan penduduk berjumlah 11,4 juta jiwa pada 2010, DKI Jakarta menggantungkan pasokan air dari Saluran Tarum Barat.

Sekitar 80 persen pasokan air baku DKI berasal dari saluran tersebut yang membawa air baku dari Waduk Jatiluhur ke Jakarta. Menurut Sri, permasalahan uta ma krisis air bersih disebabkan tidak ada nya jaminan kuantitas dan kualitas pasokan air baku. Padahal, seharusnya unit pengolahan air mempunyai jaminan bahwa kuantitas dan kualitas bisa terus terjaga. Selain itu, masalah pasokan dan mutu air baku ini juga kerap terkendala koor dinasi antarlembaga.

Menurut lembaga yang digagas lembaga Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) bentukan Badan Perencana Pembangunan Nasional (Bappenas) ini, pengelolaan hulu-hilir sumber daya air kurang optimal. "Selama ini, solusi yang ada hanya bersifat jangka pendek," kata Sri.

Saat ini, Kementrian Pekerjaan Umum berupaya memberikan jaminan ke tersediaan air bersih sebanyak sembilan meter kubik per detik secara bertahap. Rencananya, penyediaan tersebut ba ru mulai terealisasi pada 2015 dengan pasokan empat meter kubik per detik. Ia berharap penataan tersebut dapat mening katkan suplai air baku ke Jakarta men jadi 31,1 meter kubik per detik. Sedangkan, suplai air yang dapat mencukupi kebutuhan DKI Jakarta sebanyak 41,6 meter kubik per detik.

Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) meminta agar formulasi ketersediaan air di Jakarta bisa membuat warga DKI mendapat air bersih dengan relatif murah. Selama ini, menurutnya, sambungan pipa air bersih dari operator penyedia layanan air masih mahal.

Terlebih, kebocoran air masih tinggi, yakni 48 persen. Sehingga, langkah yang lebih cepat untuk menambah pasokan air bersih adalah dengan menekan angka kebocoran.

Padahal, di saat yang sama banyak warga yang tidak mampu untuk menyambung pipa air bersih karena biaya yang mahal. Ahok menyarankan agar subsidi 40 meter kubik itu diganti dengan sambungan pipa gratis, tapi warga membayar Rp 10 ribu per bulan untuk air 10 meter per kubik. (wulan tunjung palupi)

Post Date : 29 April 2013