Banjir
yang melanda selama dua hari di Pamekasan, menyisakan duka bagi petambak udang
vannamei di Desa Montok, Kecamatan Larangan, Pamekasan.
Akibat
hujan itu, setidaknya 12 petambak udang vannamei di desa itu menderita kerugian
antara Rp 200 juta hingga Rp 1 miliar. Sebab tanggul tambak udang di lokasi itu
jebol dan udang vannamei milik mereka yang sebentar lagi dipanen, hanyut dibawa
air banjir menuju pantai.
Seperti
yang diungkapkan, Wahid Hasyim, salah seorang pemilik tambak udang, akibat
banjir, sebanyak 700 ribu ekor udang vannamei yang ditebar di dua lahan
tambaknuya tergerus banjir dan hanya sebagian yang bisa diselamatkan.
Dikatakan,
sampai saat ini uang yang dikeluarkan untuk biaya produksi di dua lahan tambak
udang miliknya, sebesar Rp 350 juta. Untuk menyelamatkan sisa udang yang masih
ditambak, terpaksa dipanen awal sebelum waktunya.
“Banjir
yang terjadi kemarin, membuat saya menderita kerugian sebesar Rp 250 juta.
Entah bagaimana nanti caranya saya mengembalikan uang pinjaman ini,” kata Wahid
Hasyim, kepada Surya, Rabu (12/6/2013).
Dikatakan,
selain tambak miliknya juga milik 11 petambak udang lainnya di desanya yang
terkena banjir. Setiap petambak, ada yang memiliki antara 2 lahan sampai 9
lahan tambak udang.
Sedang
Didik S, yang dipercaya mengengelola tambak udang milik H Eksan, mengaku
kerugian yang diderita akibat banjir hampir mencapai Rp 1 miliar. Sebab
sebanyak 9 lahan tambak udang terendam banjir dan tanggulnya jebol diterjang
banjir.
“Banjir
tahun ini benar-benar membuat sengsara petambak udang. Tanggul tambak di sini
jebol dan udangnya hanyut terbawa banjir. Hanya sebagian kecil yang bisa
diselamatkan dan terpaksa dipanen,” kata Didik.
Kepala
Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Pamekasan, Nurul Widyastuti, mengakui akibat
banjir ini memukul petambak udang vannamei, yang menderita kerugian cukup
besar.
Dikatakan,
untuk mengatasi sementara kondisi ini, ia sudah menganjurkan petambak menyedot
airnya dan mengalirkan ke luar areal tambak. “Kami akan memberikan bantuan pada
petambak, untuk membuat saluran pembuangan yang lebih besar dan dalam. Karena
saluran pembuangan sebelumnya tidak mampu,” kata Nurul Widyastuti.
Post Date : 13 Juni 2013
|