|
AKIBAT Kemarau berkepanjangan, warga di 10 desa di Kecamatan Babakan Cikao, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, mengalami krisis air bersih. Pasalnya, sumur-sumur timba dan pompa air milik warga kering. Akibatnya, warga yang sudah tidak memiliki cadangan air pun ramai-ramai "menjarah" sumur warga lainnya yang masih menyisakan stok air bersihnya. Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Desa Babakan Cikao, Cece Khusni, Selasa (1/10), mengatakan, desanya merupakan daerah paling parah dilanda krisis air bersihnya. "Keadaan warga desa kami sudah dalam kondisi gawat darurat air bersih sejak dua minggu terakhir," kata Cece. Nengsih, salah seorang ibu rumah tangga yang mengaku saban dinihari harus berlomba mendapatkan air bersih dari sumur tetangganya, mengaku, saking banyaknya warga yang membutuhkan air, dirinya paling kebagian jatah untuk memasak dan air minum saja. "Kami meminta agar Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Purwakarta segera memberikan bantuan air bersih grtais kepada semua warga yang membutuhkan," ujar Nengsih. Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Kabupaten Purwakarta, Wawan Tarsamana Setiawan, tak menampik hal itu. Ia berdalih, krisis air bersih tersebut disebabkan wilayah Kecamatan Babakan Cikao memiliki kontur tanah bebatuan bercampur dengan tanah lempung. Sementara itu, dilaporkan, kondisi sebagian besar jaringan irigasi teknis tersier dan irigasi pedesaan di daerah lumbung padi nasional Kabupaten Subang, Jawa Barat, kini, dalam kondisi rusak parah. Kepala Bidang Sumber Daya Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Subang, Hendrawan, menyebutkan, total irigasi teknis tersier dan pedesaan itu mencapai 60 persen. "Total 60 persen jaringan irigasi yang rusak itu selama ini berfungsi mengairi seluas 85.926 hektare areal persawahan yang ada, terutama di wilayah Pantai Utara (Pantura)," papar Hendrawan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukannya, kerusakan jaringan irigasi yang langsung menuju petakan-petakan sawah tersebut disebabkan faktor alam, ulah binatang dan akibat perbuatan manusia. Ia menambahkan, dibutuhkan dana minimal Rp 60 miliar buat merehabilitasi dan membuat jaringan irigasi teknis tersier dan pedesaan yang rusak tersebut. Sementara kemampuan APBD Subang untuk kepentingan rehabilitasi irigasi tersebut hanya Rp 3 miliar per tahunnya. Bantuan APBD Provinsi Jawa Barat tahun ini hanya Rp 1,2 miliar, sedangkan bantuan dari pusat baru Rp 10 miliar. Deta Surya Post Date : 02 Oktober 2013 |