400 Hektare Lahan Pertanian Terendam

Sumber:Koran Sindo - 18 Januari 2011
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

CUACA buruk yang melanda Makassar menyebabkan 400 hektare (ha) lahan pertanian di Makassar, tepatnya di Kelurahan Tamangapa, terendam banjir.

Lahan yang sehari- hari ditanami padi, cabe, dan sayuran, terendam air setinggi 50 sentimeter hingga satu meter. Kepala Kelurahan Tamangapa Mahyudin mengatakan, sejak memasuki Januari,air di tanggul Jeneberang meluap. Meluapnya tanggul tersebut mengakibatkan sungai Panyanglalang di daerah Tamangapa juga meluap.Akibatnya, sekitar 400 ha lahan pertanian di bantaran sungai,tenggelam. “Banjir juga melumpuhkan akses transportasi warga akibat jalan ikut tenggelam. Untuk mengunjungi tetangga saja yang jaraknya sangat dekat harus menggunakan sampan untuk menyeberang,” katanya kepada SINDO di Kelurahan Tamangapa kemarin.

Salah seorang korban banjir Tamangapa, Nurmi, mengatakan, banjir yang melanda Tamangapa ini sangat mengganggu.Aktivitas masyarakat seperti akses menuju sekolah terhalang air setinggi pinggang. Menanggapi hal itu, anggota Komisi D Bidang Kesejahteraan DPRD Makassar Erna Amin mengatakan, banjir di Tamangapa terjadi setiap tahun. Namun, belum ada upaya bantuan dari pemerintah kota. Pada kunjungan tersebut, anggota DPRD bersama Dinas Kesehatan juga membawa sembako dan sejumlah obat-obatan untuk masyarakat.

Kepala Dinas juga sering menggelar pengobatan keliling di daerah tersebut, meski hanya menggunakan perahu karet. Salah seorang korban puting beliung di Kelurahan Untia,Kecamatan Biringkanaya,Halima,menceritakan, angin kencang menerpa rumahnya terjadi saat magrib.Kala itu sejumlah warga tengah bersiap menunaikan salat.Tiba-tiba terjadi angin kencang dan menyebabkan sejumlah warga panik karena atap rumahnya beterbangan. “Warga berhamburan keluar karena panik, malah ada yang mengira itu tsunami,”tutur dia. Terkait banyaknya pohon tumbang di sejumlah ruas jalan di Kota Makassar, Dinas Pertamanan dan Kebersihan mengaku kesulitan memangkas pohon yang roboh akibat angin kencang.

Hal ini disebabkan peralatan yang digunakan minim, termasuk jumlah personel yang terbatas. Mobil pemangkas yang dimiliki Dinas Pertamanan dan Kebersihan hanya dua unit dengan hanya 15 tenaga personel. Kepala Seksi Pemeliharaan Kawasan Hijau Kota Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Makassar Muhammad Yusuf mengakui pihaknya harus kerja ekstra, lantaran pohon yang tumbang akibat angin kencang tidak sebanding dengan personel yang diturunkan. Apalagi untuk meng-cover 143 kelurahan yang tersebar di 14 kecamatan di Makassar.

“Kami sudah berupaya sekuat tenaga, tapi memang kekurangan fasilitas dan tenaga sehingga tidak bisa bekerja maksimal. Mudahmudahan masyarakat bisa mengerti,” tutur dia. (andi amriani/syamsu rizal/wahyudi)



Post Date : 18 Januari 2011