|
Selain krisis listrik, warga yang mendiami Pulau Buru di Kecamatan Buru, Kabupaten Karimun juga sangat mendambakan pembangunan instalasi air bersih. Pasalnya, di Pulau Buru, khususnya Kelurahan Buru hingga kini belum terdapat Unit Usaha Air Bersih (UUAB) milik Perusahaan Daerah (Perusda) Karimun sebagaimana layaknya daerah lain di kabupaten tersebut.
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, warga terpaksa membeli air yang dijual menggunakan lori. Air tersebut didatangkan dari Kandis. Namun sayang, karena akses jalan dari Kandis ke Kelurahan Buru cukup parah, maka harga air yang dijual ke warganya pun lumayan mahal. Untuk satu kubik air, penjual menetapkan harga Rp50 ribu.
"Untuk kebutuhan air minum dan memasak, kami terpaksa membeli air yang dibawa pedagang menggunakan lori. Air itu didatangkan dai Kandis, karena sumber mata air di sana cukup bersih. Tapi di sini, sumber mata airnya kurang bagus. Kami pernah menggali sumur yang cukup dalam, tapi tetap tak bagus juga airnya," ujar Kasman warga Buru, Senin (3/11).
Kasman berharap kepada Pemkab Karimun agar bisa membangun Instalasi Air Bersih (IPA) di Pulau Buru. "Jika sudah dibangun instalasi air bersih, maka masyarakat Buru tidak akan kekurangan air bersih lagi seperti saat ini. Air bersih bisa disalurkan melalui pipa ke rumah warga dari sumber mata air," tuturnya.
Camat Buru Hasan Hidayat ketika bincang-bincang dengan Haluan Kepri di Tanjungbalai Karimun mengakui, kalau sumber mata air di Kelurahan Buru kurang bagus. Dan untuk memenuhi kebutuhan air bersih, warga terpaksa membeli air yang didatangkan dari Kandis menggunakan lori.
"Di Kelurahan Buru memang sumber air bersihnya kurang bagus," kata Hasan.
"Air bersih yang dijual pedagang lori memang tergolong mahal, yakni Rp50 ribu per kubik. Namun, karena air merupakan kebutuhan pokok manusia, maka warga terpaksa juga membelinya. Mahalnya harga air bersih di Buru karena jarak tempuh antara Buru dan Kandis, apalagi infrastruktur jalan masih kurang bagus," imbuhnya.
Kata Hasan, Kecamatan Buru terdiri dari dua pulau besar, yakni Pulau Buru dan Pulau Papan, dengan empat pulau kecil di antaranya Pulau Randui, Pulau Nibung, Pulau Renat dan Pulau Blungking. Di antara pulau-pulau tersebut, di Pulau Papan memiliki objek wisata air panas dan sumber mata airnya juga sangat bagus.
Faktanya, selain kesulitan air bersih, Pulau Buru juga mengalami krisis listrik. Keberadaan listrik di Pulau yang terletak persis di depan Pulau Karimun tersebut, baru mulai dinyalakan sejak pukul 17.00 WIB dan dipadamkan lagi pada pukul 06.00 WIB. Listrik hanya bisa menyala selama 13 jam setiap harinya, karena di pulau yang menyimpan banyak situs sejarah dan cagar budaya Karimun itu belumlah memiliki sub ranting PLN yang bertugas mengurusi kelistrikan.
"Saya sebenarnya sudah tak mau lagi membahas listrik. Karena sejak beberapa kali pergantian camat, persoalan listrik di Buru tidak pernah selesai. Sebenarnya, di Buru itu sudah ada empat unit mesin diesel. Namun sayang, mesin tersebut tidak bisa dihidupkan karena tidak adanya teknisi," ujar Hasan Hidayat, akhir pekan lalu.
Menurutnya, dengan jumlah penduduk Buru sebanyak 11.134 jiwa kala itu, yang tersebar di Desa Tanjungutan dan Tanjung Batu Kecil serta di Kelurahan Buru dan Kelurahan Lubuk Puding sudah saatnya Kecamatan Buru mendapatkan jaringan listrik 24 jam seperti daerah lain di Kabupaten Karimun.
Post Date : 04 November 2014 |