|
Lamongan, Kompas - Tanggul Sungai Bengawan Solo di Dusun Kleco, Desa Watangpanjang, Kecamatan Karangbinangun, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, Selasa (19/2) petang lalu, jebol. Akibatnya, 184 rumah terendam air setinggi 40 sentimeter hingga 1,2 meter. Sebagian warga mengungsikan ternak ke lokasi yang aman. Demikian juga perabot rumah tangga, seperti meja dan kursi, serta sepeda motor, dipindahkan ke tempat yang aman. Untuk mencegah air meluap, puluhan warga, Rabu kemarin, bergotong royong membangun tanggul sementara. Mereka memasang bambu-bambu di lokasi tanggul yang jebol pada dua sisi, dengan jarak 2 meter. Setelah bambu itu dipasangi anyaman bambu (sesek), di bagian tengah diisi karung berisi pasir dan tanah untuk menguatkan posisi tanggul. Di bagian tanggul yang jebol, warga juga mengisinya dengan batang pisang. Seorang warga, Yanto, menuturkan, rumahnya di dataran agak tinggi hanya tergenang air setinggi 40 sentimeter. Rumah warga lain di bagian yang cekung tergenang air setinggi lebih dari 1 meter. Namun, air berangsur surut hingga Rabu siang. ”Kami berharap segera surut agar bisa menutup tanggul,” ujarnya. Warga lain, Sutris, menambahkan selain menggenangi rumah warga, banjir menyebabkan puluhan hektar sawah terendam. Padahal, saat ini tanaman padi sudah mulai berbulir. Dalam catatan, tanggul di Desa Watangpanjang sudah beberapa kali jebol. Salah satunya tahun 1996 di perbatasan dengan Desa Banyuurip. Berikutnya, pada 2007/2008 di sisi tanggul negara terjadi lagi jebol sepanjang 12 meter. ”Kali ini, tanggul desa persis di tepian Bengawan Solo. Semula air mengalir lewat gorong-gorong untuk irigasi pertanian. Namun, karena terlalu deras, akhirnya menjebol tanggul,” tutur Jumain, warga yang bermukim di kawasan itu selama 25 tahun. Keruk waduk Untuk memberikan pertolongan kepada warga yang kebanjiran, Pemerintah Kabupaten Lamongan membuka posko kesehatan di rumah perangkat desa. Badan Penanggulangan Bencana Daerah setempat juga mendistribusikan bantuan bahan kebutuhan pokok kepada warga dan menyiapkan tenda pengungsian di SD Negeri Watangpanjang. Banjir luapan Bengawan Solo di Lamongan sebelumnya juga menggenangi 1.020 rumah dan 269 hektar sawah di wilayah Kecamatan Babat, Laren, dan Maduran. Di Desa Truni dan Banaran, Kecamatan Babat, air juga merendam 450 rumah yang dihuni 1.643 jiwa serta menggenangi 211 hektar sawah. Di wilayah Kecamatan Laren tercatat ada sembilan desa yang terdampak banjir, di antaranya 542 rumah yang dihuni 2.372 jiwa terendam. Sementara, untuk mencegah banjir akibat pendangkalan di sejumlah waduk, Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Kabupaten Lamongan pada tahun ini akan mengeruk 34 waduk, di antaranya Waduk Jotosanur, Waduk Gondang, dan Waduk Prijetan. Khusus di Kecamatan Kembangbahu, tercatat ada empat waduk yang akan dikeruk, yakni Waduk Randubener, Waduk Kedungasri, Waduk Maor, dan Waduk Mangkujajar. Kali Lopang juga akan dikeruk. Selain mencegah banjir, pengerukan waduk juga dilakukan untuk meningkatkan ketersediaan air saat kemarau dan menampung air saat musim hujan. ”Pengerukan waduk itu untuk memperbaiki jaringan irigasi dan menggenjot produksi pertanian terkait pembangunan jaringan irigasi. Sebab, pada tahun lalu, produksi padi di Lamongan mencapai 911.000 ton gabah kering giling,” ujar Bupati Lamongan Fadeli. Gagal panen Di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (OKUT), Sumatera Selatan (Sumsel), akibat banjir dari sejumlah anak sungai di kawasan tersebut, yang menggenangi 2.600 hektar sawah sejak beberapa hari lalu, petani dikhawatirkan akan gagal panen. ”Dari total sawah yang terendam itu, sekitar 600 hektar (ha) di antaranya akan mengalami gagal panen. Adapun luasan tanam padi di OKUT saat ini mencapai 17.366 ha. Pada Februari ini, air kembali tinggi karena hujan dan air dari Danau Ranau yang menjadi hulu sungai-sungai di kawasan kami,” kata Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten OKUT Tubagus Sunarseno. Menurut dia, ini adalah banjir kedua yang melanda Kabupaten OKUT sejak awal tahun ini. ”Banjir pada Januari lalu mengakibatkan sekitar 420 hektar sawah gagal panen,” tuturnya. Tubagus mengatakan, sawah yang gagal panen pada Januari lalu saat ini sudah ditanami kembali. Pada waktu itu, akibat banjir, Pemkab OKUT menyediakan bantuan benih sebanyak 35 ton bagi petani yang gagal tanam. Sejauh ini, Kabupaten OKUT merupakan daerah lumbung padi di Sumsel. Selain merendam areal sawah, banjir di OKUT juga merendam kebun buah-buahan dan sayuran di kawasan itu. ”Pendataan masih terus dilakukan. Kami menurunkan tim untuk mendata dan tanggap cepat terkait banjir,” kata Tubagus. Di Madiun, Jawa Timur, sebanyak 54 keluarga masih mengungsi menyusul longsor di lereng Gunung Wilis. Pemerintah daerah tak mengizinkan mereka kembali ke rumah karena khawatir bencana susulan akan terjadi. Longsor juga terjadi di Kabupaten Buleleng, Bali, yang menyebabkan hilangnya dua warga karena terjatuh ke sungai.(ACI/IRE/NIK/COK) Post Date : 21 Februari 2013 |