|
ADALAH berkah tak ternilai. Krisis air bersih yang mendera sejak turun-temurun akhirnya berujung. Air sudah mengalir hingga kampung dan mengucur melalui sejumlah keran di sekitar rumah. Warga pun girang. Mereka selama seharian menggelar Caci atau larut dalam tarian massal bernama Ja’i. Suasana gembira itu membahana ketika penyerahan sarana air bersih bantuan pembaca Kompas dan Bank Mandiri melalui Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas (DKK) di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, pada 1-3 Oktober lalu. Paket bantuan bernilai total Rp 6 miliar (Rp 3,75 miliar dari Program Bina Lingkungan Bank Mandiri) tersalur melalui empat lokasi. Selain untuk warga Tuwa, tiga paket lainnya juga untuk warga Dusun Lada di Desa Pong Ruan, Kecamatan Kota Komba, Manggarai Timur, dan warga Kampung Tengkel Wuntun di Desa Ria, Kecamatan Riung Barat, Ngada. Satu paket lagi untuk warga Desa Teka Iku dan sekitarnya di Kecamatan Kangae, Kabupaten Sikka. Paket terakhir ini berupa dua mobil tangki air karena tidak ada sumber air di sekitarnya. Penyerahan untuk keseluruhan paket bantuan kepada masyarakat setempat telah berlangsung di Kampung Tuwa, Selasa (1/10) pagi, oleh Pemimpin Redaksi Kompas Rikard Bagun bersama Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Pahala N Mansury. Turut menyaksikan Ketua Yayasan DKK M Nasir, Camat Welak Feliks Janggur, Kepala Desa Goloronggot Frans Sahibun, dan tetua masyarakat setempat, Gabriel Tanti. Khusus di Tuwa, rangkaian acara diawali penyambutan secara adat yang disebut kepok tuak dan kapu manuk, simbol penyambutan secara terhormat dan ikhlas. Acara adat itu dipimpin Gabriel Tanti. Penyerahan proyek pun ditandai penandatanganan prasasti serta pembukaan keran air oleh Rikard Bagun dan Pahala N Mansury. Pahala antara lain mengatakan, kesulitan air bersih masih merupakan persoalan serius di Indonesia pada umumnya, khususnya di NTT. Ia mengakui bantuan Bank Mandiri yang tersalur melalui kerja sama dengan DKK diharapkan akan memberikan manfaat berarti bagi masyarakat setempat. ”Kami senang bisa bekerja sama dengan Kompas mengatasi kesulitan air bersih bagi masyarakat. Bantuan itu, meski sedikit, sudah terwujud,” tuturnya. Meski penyerahan secara simbolis untuk empat lokasi sudah diadakan sekaligus di Tuwa, rangkaian acara serupa tetap dilakukan di Dusun Lada, Rabu (2/10), dan Dusun Tengkel Wuntun, Kamis (3/10). Ini semua semata-mata untuk merespons desakan warga kedua kampung itu yang sangat keberatan jika penyerahan hanya dilakukan secara simbolis di Tuwa. Bedanya, pada penyerahan di Lada dan Tengkel Wuntun, tim dari Bank Mandiri diwakili Kepala Bank Mandiri Cabang Kupang Budi Setiawan, bersama Diah Martha, tanpa kehadiran Pahala N Mansury. Seharusnya masih satu paket lagi, yakni bantuan sarana air bersih bagi warga Desa Teka Iku dan sekitarnya di Kecamatan Kangae (Sikka). Namun, paket bantuan berupa dua mobil tangki air sudah diserahkan oleh Wakil Pemimpin Umum Kompas St Sularto bersama perwakilan Bank Mandiri kepada masyarakat melalui Direktur CV Pembangunan St Yosef Keuskupan Maumere, Rm Arkadius Dhosando Pr selaku pengelola di Maumere, Minggu (25/11/2012). Penyerahan ketika itu disaksikan Uskup Maumare Mgr Gerulfus Kherubim Pareira. Sambutan meriah Kegembiraan warga menyambut tim DKK bersama Bank Mandiri dan Wakil Bupati Manggarai Timur Andreas Agas benar-benar meluap di Dusun Lada. Para tetua berpakaian adat bersama kelompok penari Kelong (tarian adat menjemput tamu) sejak pagi sudah menunggu di gerbang kampung. Penyambutan secara adat diawali kepok sundung dan dilanjutkan dengan pengalungan selendang. Bersama kelompok penari Kelong, para tamu lalu diarak menuju pelataran Kakang, salah satu anak kampung dalam wilayah Dusun Lada. Penyambutan adat itu dipimpin Olimpius Mbambuk bersama Sensi Senen, Fernandes Nanggo, Fernandes Leo, dan sejumlah tetua lainnya. Setelah mengikuti rangkaian acara adat, Andreas Agas, Rikard Bagun, bersama tim dari DKK dan Bank Mandiri disuguhi atraksi mendebarkan bernama Caci. Namun, sebelum aksi sesungguhnya berlangsung, para tamu secara bergilir diberi kesempatan mencambuk pelaga. Pukulan tanpa balasan dimaknai sebagai penghormatan bagi tamu. ”Pemukulan tanpa balas oleh tamu terhormat lazimnya sebagai tanda dimulainya Caci. Penghormatan itu dalam bahasa setempat disebut reis,” kata Sensi Senen. Pertarungan Caci adalah atraksi budaya berupa adu ketangkasan dua lelaki dewasa. Keduanya dengan serius dan sekuat tenaga saling mencambuk. Itu dilakukan bergantian menggunakan cemeti atau pui dari pintalan irisan kulit kerbau yang sudah mengering. Khusus di Manggarai Timur, di ujung pui masih disambungkan lagi dengan lidi atau pori segar hingga guratan luka disertai cucuran darah menjadi risiko bagi pelaga yang tak tangkas menangkis. Kepala Desa Pong Ruan Sebas Ndaes mengakui, kepok sundung, Kelong, dan pementasan Caci yang diikuti tarian Danding pada Rabu (2/10) malam hingga dini hari mengusung dua makna. Pertama sebagai ungkapan rasa terima kasih atas kepedulian Kompas, melalui DKK, bersama Bank Mandiri yang telah mengantarkan berkah tak ternilai berupa sarana air bersih. ”Rangkaian acara ini pula merupakan ekspresi kegembiraan masyarakat kami yang akhirnya menikmati air bersih setelah sejak nenek moyang menderita krisis air bersih,” tuturnya. Andreas Agas menekankan, bantuan ini merupakan wujud kepedulian mulia dan ikhlas bagi daerah tertinggal. Namun, ia pun mengingatkan masyarakat setempat, jika menerima bantuan itu tidak cukup hanya dengan kata atau ucapan terima kasih. Segenap warga Dusun Lada harus membuktikan rasa terima kasihnya dengan menjaga lingkungan sekitar agar tetap hijau. Juga dengan memanfaatkan air yang tidak hanya untuk kebutuhan di rumah, tapi juga berbagai kegiatan produktif, setidaknya diikuti usaha sayuran di sekitar pekarangan rumah. ”Bantuan ini sungguh merupakan kepedulian bagi masyarakat miskin. Sarana air bersih ini selanjutnya menjadi milik masyarakat setempat. Karena itu, harus dijaga keberlanjutannya,” katanya. Suasana tak kalah meriah disuguhkan warga Desa Ria dan sekitarnya ketika menyambut tim DKK, Bank Mandiri, Bupati Ngada Marianus Sae, serta Wakil Bupati Ngada Paulus Soliwoa, di Tengkel Wuntun, Kamis (3/10) siang. Rangkaian acara diawali penyambutan secara adat yang disebut pintu pazir manuk oleh sejumlah tetua adat bersama sekelompok wanita penari logo sorong. Penyambutan secara adat yang dipimpin tetua setempat, Paulus Pantar (68), terkesan magis karena dirangkai pembunuhan hewan kurban, berupa ayam, langsung di depan tim Kompas- Bank Mandiri. Setelah penandatangan prasasti, diikuti pembukaan keran air oleh Rikard Bagun dan Marianus Sae, serta peninjauan instalasi sarana air bersih, rangkaian acara berlanjut dengan tarian massal khas Ngada, bernama Ja’i. Menariknya, tarian dengan ragam sederhana dan lebih mempertontonkan gerak tubuh berlenggokan ”pincang” bertambah semarak karena langsung dipimpin Bupati Marianus Sae. ”Khusus di Kabupaten Ngada, Pak Marianus Sae memang jagonya Ja’i dengan goyangan tubuhnya yang memesona. Dampaknya, Ja’i semakin bergengsi karena Pak Marianus Sae bersama para pejabatnya selalu menunjukkan apresiasi tinggi terhadap budaya dan kesenian daerahnya,” ujar seorang ibu pegawai negeri sipil dari Pemkab Ngada. Pada awalnya, Ja’i termasuk tarian sakral yang hanya dipentaskan di istana kerajaan. Tarian dengan iringan gong dan gendang lazimnya disuguhkan saat menyambut para pahlawan yang menang perang, rangkaian kegembiraan menyambut rumah adat baru, atau upacara lain dalam istana kerajaan. Belakangan—setelah lagu etnisnya berbalut kemasan pop, terutama musik pengiringnya—Ja’i menjelma menjadi tarian massal yang selalu menyedot perhatian luas. Setidaknya, sejak 6-7 tahun lalu fenomena Ja’i meluas hingga seluruh pelosok Tanah Air, bahkan secara perlahan menggeser tarian Poco-poco. Tetua Paulus Pantar mengatakan, rangkaian penyambutan secara adat yang dilanjutkan dengan Ja’i adalah bentuk penghargaan dan kegembiraan warga setempat menyambut tim Kompas bersama Bank Mandiri atas kepeduliannya mengalirkan air bersih bagi masyarakat Dusun Tengkel Wuntun. ”Bagi kami, bantuan itu adalah wujud kepedulian berhati ikhlas dan mulia. Bantuan itu sangat berarti karena kami akhirnya terbebas dari krisis air bersih yang dialami sejak turun-temurun,” tuturnya. Ia mengakui, ketika Kompas memastikan bantuan air bersih bagi Tengkel Wuntun, masyarakat setempat pada awalnya sempat dilanda sikap pesimistis. Sumbernya adalah provokasi ”orang pintar” asal kawasan itu di Jakarta, yang mengatakan tidak mungkin bisa mengalirkan air dari sungai sekitarnya tanpa dukungan energi listrik karena posisi alurnya jauh lebih rendah dari permukaan kampung. Masyarakat akhirnya lega karena provokasi itu ternyata tidak benar. Kompas bersama Bank Mandiri berhasil mengalirkan air hingga kampung. Lebih menakjubkan lagi karena proses pengaliran airnya mengubah hukum alam. ”Lazimnya mengalirkan air dari tempat tinggi ke lokasi rendah. Kali ini malah sebaliknya, mengalirkan air dari tempat rendah ke tempat tinggi, apalagi hanya mengandalkan energi air itu sendiri. Ini sangat luar biasa,” tutur Paulus Pantar. Ucapan terima kasih juga disampaikan Bupati Marianus Sae. Diakui, masyarakat Tengkel Wuntun tetap kesulitan air bersih jika penanggulangannya berharap pada APBD setempat. ”Saya atas nama seluruh masyarakat Ngada sangat berterima kasih kepada Kompas dan Bank Mandiri atas bantuan ini,” tuturnya. Dia mengakui, pemenuhan kebutuhan air bersih di Ngada masih merupakan persoalan serius. Hingga saat ini, baru sekitar 30 persen dari penduduk Ngada yang bisa menikmati air bersih. ”Mudah-mudahan kepedulian Kompas bersama Bank Mandiri tidak hanya bagi warga di Ria, tetapi juga bagi 70 persen warga lain di Ngada yang belum menikmati air bersih,” katanya. Rikard Bagun ketika di Dusun Lada atau Dusun Tengkel Wuntun mengaku tidak membayangkan timnya disambut secara meriah. Kesan sama dilontarkan Budi Setiawan dari Bank Mandiri. ”Saya sampai merinding menyaksikan sambutan yang begitu meriah melalui wajah-wajah yang begitu bersemangat dan penuh ikhlas,” tuturnya. (FRANS SARONG) Post Date : 18 Oktober 2013 |