Warga Hanya Bisa Protes

Sumber:Republika - 29 April 2013
Kategori:Air Minum
Beberapa waktu lalu kita mendengar warga Kelurahan Kapuk Muara, Penjaringan, Jakarta Utara, memun cak kekesalannya karena masalah air. Bertahun-tahun kesulitan air, namun masih membayar iuran air kepada PT PAM Lyoinnaise Jaya (PT PALYJA). Akibatnya, mereka pun mengancam untuk membajak mobil perusahaan tersebut jika lewat lingkungan mereka.

Sekira 700 kepala keluarga di RW 1, RW 4, dan sebagian RW 5 Kelurahan Kapuk Muara harus merogoh kocek lebih dalam untuk mendapatkan air bersih. Mereka mengandalkan pasokan dari penjual air gerobak keliling. Warga membeli satu jeriken yang berisi 20 liter air bersih seharga Rp 3.000.

Salah satu warga RT 10 RW 04, Arafat (32), mengaku untuk mendapatkan air gerobak, ia harus memesan jauh-jauh hari. Di rumahnya ada tiga KK yang berjumlah enam orang dan membutuhkan sekira sepuluh pikul atau 20 jeriken air dalam satu hari. "Penjual airnya cuma melayani pelanggannya. Kalau bukan pelanggan, harus menunggu tiga sampai empat hari," kata Arafat.

Warga lain, Suryati (53), mencoba menyalakan mesin airnya dan tampak tidak ada setetes pun air yang keluar. Suryati yang setiap hari berdagang di warung kelontong mengaku bulan ini harus membayar Rp 61 ribu kepada PT PALYJA untuk penggunaan 13 kubik air. Padahal, air sama sekali tidak keluar. Suryati juga mengaku pernah membayar sekitar Rp 425 ribu pada 2011 kepada PT PALYJA. Padahal, penggunaan airnya tidak sampai 80 kubik per bulan.

Sayangnya, warga terpaksa membayar iuran air karena takut mesin airnya dicabut PT PALYJA. Lima bulan lalu, ada pipa paralon lama yang tiba-tiba diganti dengan pipa paralon baru. Sebelum diganti, warga masih bisa mendapatkan air walaupun tidak begitu bersih.

Air yang dialirkan berupa air payau dan berminyak yang jika diendapkan berwarna kuning. Warga menggunakan air itu untuk mencuci piring dan buang air. Sedangkan, untuk keperluan mandi dan mencuci, warga pergi ke mandi cuci kakus (MCK) di RT 07 dan membayar Rp 1.000 untuk sekali mandi dan sekali buang air.

Namun, sejak pipa paralon baru terpasang, air (yang walaupun keruh) berhenti seluruhnya. Tak ada lagi air mengalir. Menurut warga, saat pipa lama terpasang, sepekan sekali selama dua jam, yaitu pukul 02.00 hingga pukul 04.00 WIB, air bersih akan mengalir dari keran. Pemasangan pipa baru ini benar-benar menjadi puncak kekesalan warga. Sebab, menurut PT PALYJA, jika pipa baru ini sudah ada, air akan kembali mengalir lancar. Namun, kenya taannya tidak.

Masalah minimnya air bersih menjadi lekat dengan kehidupan warga sehari-hari. Warga pun merindukan masa-masa ketika mereka tak harus khawatir apakah hari ini bisa mendapat air bersih yang layak untuk mereka konsumsi. (wulan tunjung palupi)

Post Date : 29 April 2013