4 Sumur Bor Belum Berfungsi

Sumber:Suara Pembaruan - 04 November 2009
Kategori:Air Minum

[KUPANG] Krisis air bersih yang melanda Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) mengakibatkan warga kota terpaksa membeli air bersih dari mobil tangki dengan harga Rp 70.000 per tangki. Mereka juga mendaftar menjadi pelanggan di PDAM Kota Kupang dan Kabupaten Kupang.

Kesulitan air bersih yang sangat terasa akibat kemarau panjang ini diperparah dengan belum berfungsinya empat unit sumur bor di Naimata dan Liliba. Sedangkan, rencana pembangunan sumur bor di Bakunase dan Fatululi, hingga kini belum juga direalisasikan.

Demikian disampaikan Lurah Liliba Margaretha M Malelak, Lurah Bakunase Bustaman, Lurah Oebobo Gerardus Bidi, dan Lurah Fatululi Yohanes Hurint ketika ditemui di Kupang, Rabu (4/11) pagi.

Menurut Margaretha, dua sumur bor yang belum berfungsi terletak di Kampung Nunleu RT 23 RW 4 dan RT 28 RW 2. Ssebuah reservoar untuk menampung air bersih sebelum disalurkan dalam proses pembangunan. Rencananya, pemasangan pipa distribusi yang direncanakan sepanjang tiga kilometer, juga dalam pengerjaan.

Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Naimata Max Bunga Nawa mengaku, di wilayah kerjanya terdapat dua sumur bor. Namun, kedua sumur itu belum berfungsi karena belum tersedianya pompa air berikut rumah untuk menempatkan mesin pompa air tersebut. Salah satunya masih dalam proses pengeboran. Saat ini, dibangun sebuah reservoar yang jaraknya sekitar 500 meter dari sumur itu.

Lurah Bakunase Bustaman mengatakan, hingga kini belum dibangun sumur bor di wilayah kerjanya karena belum dilaksanakan survei titik pengeboran. Padahal, petugas teknis telah menjadwalkan survei. Di Oebobo dan Fatululi, survei sudah dilaksanakan, namun belum ada pemberitahuan lebih lanjut.

Berubah Fungsi

DPRD Kota Kupang menilai, krisis air yang menjadi keluhan warga kota disebabkan tidak seriusnya Pemerintah Kota (Pemkot) Kupang menangani masalah air bersih. Di sisi lain, beberapa wilayah telah berubah fungsi menjadi kawasan permukiman, seperti di Fatukoa, Kolhua, dan Naioni. Akibatnya, air hujan lebih banyak yang terbuang percuma karena mengalir ke laut lewat kali-kali kering.

Krisis air bersih di Kota Kupang saat ini sangat menguntungkan pengusaha mobil tangki yang secara khusus digunakan sebagai tangki air bersih. Yohanes, petugas penjual air bersih di kawasan Oepoi mengatakan, dalam sepekan terakhir permintaan air bersih dari mobil tangki cukup tinggi, khususnya dari Kuanino, Nunleu, Fontein, Naikoten, BTN Kolhua, Oebufu, Kayu Putih, Tuak Daun Merah, dan Tofa.

Siprianus Naot, pengemudi mobil tangki air bersih mengaku, air bersih dibeli Rp 6.000 per tangki dan dijual kepada masyarakat dengan harga Rp 50.000-70.000 per tangki berkapasitas 5.000 liter, bergantung pada jarak tempuh. Dalam sehari hingga pukul 22.00 Wita, ia hanya mampu melayani sembilan pemesanan. Padahal, jumlah pemesan mencapai belasan orang. [120/106]



Post Date : 04 November 2009