KARAWANG, (PR).- Empat pasien diare yang dirawat di rumah, masing-masing di Kampung Cisaga RT 23 RW 12 Dusun Sukamulya, Desa Mulyasejati, Kec. Ciampel, Kab. Karawang, hingga Rabu (29/4) kondisinya terus memburuk. Hal itu ditandai oleh frekuensi muntah dan mencret yang semakin sering, sehingga keempat pasien itu harus dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kab. Karawang.
Mereka adalah Masriah (7), Asep (5), Suhaya (35), dan Rasih (25). Keempat pasien itu mengalami diare sejak Senin (27/4). Meskipun telah diinfus dan diberi obat, mereka tetap mencret-mencret dan muntah. "Khawatir kondisinya terus memburuk, kami bawa saja mereka ke RSUD. Biar ditangani lebih baik," kata Kepala Dusun Sukamulya, Narmin, kepada "PR", Rabu (29/4).
Dia juga menyebutkan, pasien diare kini bertambah menjadi 32 orang. Pasien terakhir adalah Nunu (28) yang mengalami diare pada Selasa (28/4) sore. Selain empat pasien itu, 28 pasien lainnya masih dirawat di rumah masing-masing. "Mereka masih ditangani oleh petugas dari Puskesmas Ciampel," ucap Narmin.
Berdasarkan pengakuan pasien, mereka menggunakan air yang bersumber dari sumur. Ada dua sumur yang dimanfaatkan warga. Sumur itu dibuat dari pipa saluran air yang menampung air tanah dan hujan. Kalau sumur mengering, warga mengandalkan air Sungai Patunjang dan Kali Cikarang. Mereka menggali tanah di sungai yang mengering untuk mendapatkan air untuk kebutuhan mandi, cuci, minum, masak, dan buang air.
Diakui Narmin, selama ini belum pernah ada penyaluran air bersih dari perusahaan daerah air minum (PDAM). Oleh karena itu, dua sumur tersebut menjadi sumber air bagi dua ratus kepala keluarga di Dusun Sukamulya. "Itu sebabnya warga mengandalkan sumber air yang ada untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari," katanya.
Biaya ditanggung
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kab. Karawang, Asep Lukman Hidayat menyebutkan, biaya pengobatan para pasien tersebut ditanggung Pemkab Karawang karena telah ditetapkan sebagai kejadian luar biasa (KLB). Sedangkan, penyebab diare yang terjadi di wilayah tersebut adalah minimnya air bersih dan sanitasi yang buruk.
Ia mengakui masih banyak warga Karawang yang tidak memiliki jamban, meskipun dinkes belum mendapat angka riil. Mereka mengandalkan air saluran irigasi untuk memenuhi kebutuhan mandi, cuci, dan buang air.
Bahkan, berdasarkan Survei Sosial dan Ekonomi Daerah (Suseda) Jawa Barat sebanyak 233.983 rumah tangga atau setara dengan 41 persen rumah tangga di Kab. Karawang tidak memiliki jamban. Angka tersebut tergolong tinggi dibandingkan dengan kota/kabupaten lainnya di Jawa Barat.
Dikatakan Asep, warga Kampung Cisaga berkali-kali mengupayakan penyediaan air bersih dengan memasang pompa, tetapi air tidak kunjung keluar. "Hal itu mungkin karena kondisi wilayah yang terjal dan berbatu," ujar Asep.
Seperti diberitakan "PR", pada Selasa (28/4) sebanyak 31 warga penderita diare terpaksa dirawat oleh Puskesmas Ciampel di rumah masing-masing karena jarak ke puskesmas relatif jauh. Puskesmas ditempuh dengan sepeda motor selama 45 menit.
Sebelas pasien yang terpaksa dipasangi infus karena kehilangan banyak cairan adalah Rukmini (45), Aisyah (9), Jaenal (15), Muryadi (9), Ita (60), Sali (25), Nengsih (35), Rasih (25), Asep (20), Masri (7), dan Asep (5). Sedangkan yang lainnya hanya diberi obat yaitu Juna (50), Ami (40), Abidin (45), Saepul (14), Omo (30), Lina (13), Dini (8), Ali (6), Ipah (10), Eni (20), Ajis (5), Irma (10), Onah (30), Darsih (45), Kusnadi (45), Karin (27), Gilang (7), Suhaya (35), Edah (30), dan Hasan (12). (A-153)
Post Date : 30 April 2009
|