|
MASALAH sampah sudah sering ter dengar di telinga warga Ibu Kota. Peliknya masalah sampah membuat lingkungan tercemar akibat sampah yang terus menumpuk. Dari data yang dihimpun Media Indonesia, volume sampah warga DKI Jakarta setiap harinya mencapai 6.500 ton per hari. Namun, sekarang, sampah yang ada disulap atau dikelola dan bisa menjadi uang. Itu seperti yang dilakukan warga RW 03, Kelurahan Malaka Sari, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur. Sampah yang dihasilkan kemudian dikelola warga dengan konsep bank sampah. Bank sampah merupakan upaya pengelolaan sampah dengan prinsip 3R (reduce, reuse, dan recycle) menggunakan manajemen perbankan konvensional. Warga yang menabung sampah atau nasabah memiliki buku tabungan yang dinilai dengan rupiah. Sampah kering atau nonorganik dikumpulkan dan akan dijual ke pengepul atau diolah menjadi barang kerajinan tangan, seperti tas dari plastik kemasan. Adapun sampah organik diolah menjadi pupuk kompos yang juga bernilai ketika dijual. Bank sampah yang didirikan pada 2009 merupakan satusatunya di Jakarta yang menjadi percontohan baik di dalam maupun luar negeri. Banyak orang datang untuk mengetahui dan mempelajari bank sampah, seperti pelajar, peneliti dalam negeri dan bahkan peneliti luar negeri pun pernah datang. Selain itu, pejabat daerah juga datang, seperti dari Samarinda, Bali, Tarakan, dan NTB. “Bank sampah ini pernah mendapat penghargaan pada 2010 melalui program Jakarta Green and Clean,“ ujar Sukardi, Ketua RW 03, Kelurahan Malaka Sari, Duren Sawit, Jakarta Timur. Bank sampah itu memiliki 264 nasabah yang berasal dari warga RW 03 dan luar kelurahan. Mekanisme bank sampah, jelas Sukardi, tidak terlalu rumit. Para nasabah datang untuk menabung (pengumpulan) sampah setiap Rabu dan Jumat. Katanya, harga kardus Rp1.000, sampah plastik Rp2.000, dan sampah plastik bersih Rp4.000. Rata-rata tonase yang dikumpulkan dari bank sampah itu bisa mencapai 2 ton per bulan. Omzet yang dihasilkan dari bank sampah itu sebesar Rp2 juta per bulan. “Selain menambah pendapatan keluarga juga membantu pemerintah mengurangi sampah dan emisi,“ ucapnya. Program pemkot Sementara itu, Wali Kota Jakarta Timur Krisdianto mengatakan perlu adanya peran serta masyarakat menangani sampah. Ia pun mengimbau agar setiap RW di Jakarta Timur mempunyai bank sampah dan mengajak warga mereka peduli sampah. Pasalnya, sam pai sekarang, masalah sampah belum tertangani dengan baik sehingga perlu dilakukan sebagaimana RW 03 Jakarta Timur. Krisdianto mengatakan, Jakarta Timur adalah penyumbang sampah terbanyak di Jakarta. Volume sampah di Jakarta Timur saat ini mencapai 6.716 meter kubik per hari. Karena itu, perlu adanya peran serta masyarakat. Ia mengimbau setiap RW di Jakarta Timur harus mempunyai bank sampah sebagai cara mengelola dan memanfaatkan sampah. “Saya mengharapkan masyarakat bersahabat dengan sampah. Sampah bukan ancaman, karena bila dikelola dapat memberikan manfaat bagi warga,“ pungkasnya. AKMAL FAUZI Post Date : 11 April 2014 |