|
JAKARTA, KOMPAS —Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terus berupaya mengurangi ancaman banjir yang sudah mengintai. Kepala Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta Manggas Rudy Siahaan, Senin (18/11), memaparkan, setidaknya 10 langkah jangka pendek diambil untuk mengantisipasi banjir Jakarta. ”Kami berupaya mengembalikan air ke tempatnya yang selama ini dipenuhi bangunan, sampah, dan endapan agar air tidak masuk ke dalam rumah warga,” kata Manggas. Dari 10 langkah itu, sebagian sudah dilakukan dan sebagian lagi masih dalam tahap pelaksanaan. Pengerukan saluran dan waduk pun belum mencakup semua yang ada di Jakarta. Pekerjaan selebihnya akan dilakukan pada 2014, seperti pengerukan 700-an saluran penghubung dan 64 waduk. Manggas mengakui, kurangnya alat-alat berat menyebabkan pengerukan saluran dan waduk belum maksimal. Hingga tahun lalu, DKI hanya memiliki enam unit alat berat. Tahun ini Dinas PU mengadakan 23 unit alat berat lewat APBD 2013 dan tambahan 50 unit alat berat pada APBD perubahan. Pengerukan sebelumnya kebanyakan dilakukan oleh pekerja dengan menggunakan cangkul dan sekop. Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo didampingi Wali Kota Jakarta Selatan Syamsudin Noor, kemarin, meninjau lokasi Rawa Lindung di Petukangan Selatan, Pesanggrahan, dan Kali Nipah di Jalan Pulo Raya, Kebayoran Baru. Di kedua lokasi itu, Jokowi melihat tempat penampungan air dan saluran air yang lagi-lagi dalam kondisi buruk. Di Rawa Lindung yang menurut rencana dijadikan waduk seperti Waduk Pluit dan Ria Rio, Jokowi melihat masih ada eceng gondok. Senin (11/11) lalu, Syamsudin Noor turun ke lapangan berupaya membersihkan rawa seluas 1,1 hektar itu. Akan tetapi, karena buruknya kondisi rawa, pembersihan total, apalagi pengerukan, belum bisa dilakukan. Hal serupa terjadi di Kali Nipah. Jokowi dihadapkan pada saluran selebar kurang dari 3 meter dengan air yang hitam penuh lumpur dan sampah. Di kali ini sedang berlangsung pengerukan. Namun, alat berat terkendala masuk karena rapatnya permukiman dekat kali. Depok normalisasi situ Upaya mengantisipasi banjir juga mulai dilakukan Pemerintah Kota Depok, Jawa Barat. Selain mempercepat penurapan dan normalisasi empat situ, langkah lain yang juga dilakukan adalah pembuatan sumur imbuhan. Kepala Bidang Sumber Daya Air Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Depok Herry Gumelar, di Depok, Senin, mengatakan, keempat situ yang mulai dikerjakan minggu ini adalah Situ Jatijajar, Situ Pedongkelan, Situ Pengarengan, dan Asih Pulo. Anggaran pengerjaan berasal dari bantuan Pemprov DKI Jakarta sebesar Rp 3,5 miliar dan Pemerintah Kota Depok sekitar Rp 600 juta. ”Pendekatan hulu harus menjadi prioritas mengantisipasi banjir, tidak hanya untuk Depok, tetapi juga untuk DKI Jakarta,” kata Herry. Selain itu, lanjut Herry, pembangunan tiga sumur imbuhan dengan anggaran Rp 1,8 miliar juga dilakukan. Selain mencegah terjadinya banjir, tujuan pembangunan sumur itu juga diharapkan bisa menambah stok air tanah di Depok. Sama seperti sumur resapan, sumur imbuhan berfungsi menampung air yang jatuh ke permukaan tanah. Namun, berbeda dengan sumur resapan yang hanya mengalirkan air ke lapisan tanah dangkal (kedalaman maksimal 40 meter), sumur imbuhan mengalirkan air hingga ke lapisan tanah dalam, yakni pada kedalaman 40-150 meter. (FRO/ZAK/HRS/NEL) Post Date : 19 November 2013 |