|
Jakarta, Kompas - Selama tidak ada sistem pengendali, Jakarta rentan banjir ketika Kali Ciliwung meluap. Enam puluh menit saja permukaan Ciliwung meluap, kurang dari sepuluh jam sebanyak sembilan kelurahan di Jakarta terendam. Bencana ini memaksa 2.406 orang mengungsi. Sebelum banjir Selasa (5/3) dini hari, permukaan Kali Ciliwung di Bendung Katulampa, Bogor, Jawa barat, meningkat pada Senin (4/3) pukul 17.00 ke pukul 18.00. Permukaan air cepat naik dari 70 sentimeter (cm) menjadi 250 cm. Setelah itu, air menggelontor ke Jakarta tanpa halangan berarti. Tidak ada warga yang terluka ataupun tewas di seluruh lokasi yang terendam banjir. ”Melonjaknya muka air Kali Ciliwung di Bendung Katulampa pertanda kondisi hulu di Puncak sudah rusak. Curah hujan yang sama dengan beberapa tahun lalu, tetapi bisa membuat ketinggian air Ciliwung di Katulampa lebih tinggi,” kata Nana M Arifjaya, dosen Hidrologi Daerah Aliran Sungai pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Selasa (5/3), di Bogor. Menurut Nana, saatnya konsep tahan, hambat, resap air di hulu dan tengah dilaksanakan dengan membuat dam pengendali, sumur resapan, dan dam penahan di aliran Sungai Ciliwung. Walaupun rencana sudah dibuat sejak 2008, implementasi lambat. Sejauh ini belum ada mekanisme pengendali banjir apabila permukaan Kali Ciliwung meluap. Dia mengusulkan, fungsi Bendung Katulampa dialihkan ke pengendali banjir. Sebagian air Ciliwung bisa dialirkan ke Kali Baru, lalu dibuat sodetan ke Cikeas Hilir. Hanya saja, hal ini bisa dilakukan jika pertemuan Sungai Cikeas dan Sungai Bekasi di sekitar perumahan Vila Nusa Indah di perbatasan Bogor-Bekasi diperlebar. Kondisi banjir Banjir paling parah terjadi di Kelurahan Cawang, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur. Di tempat ini luapan air Kali Ciliwung mencapai 250 cm, menggenangi 27 RT di 6 RW. Paling tidak 1.850 warga mengungsi di lapangan olahraga, sekolah, tempat ibadah, dan gedung terdekat. Di Kampung Pulo, Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur, luapan air begitu cepat naik, mengakibatkan ratusan warga kembali mengungsi. Lurah Kampung Melayu Bambang Pangestu mengatakan, air mulai masuk pada pukul 02.30 dengan ketinggian 30 cm, hingga meningkat pukul 10.00 dengan ketinggian air mencapai 250 cm. Belajar dari musibah sebelumnya, kali ini, informasi tentang banjir cepat disampaikan kepada warga. Mereka sudah mengungsi beberapa jam sebelum banjir datang. Setidaknya, ada 630 orang yang mengungsi ke kantor Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur, 175 orang ke Masjid Attawabin, dan 30 orang mengungsi ke aula Masjid Ih-Tihadul Ichwan. ”Kemarin, setelah mendapatkan informasi sekitar pukul 17.00, kalau ketinggian air di Katulampa mencapai 250 sentimeter dan status Siaga I, kami langsung mengingatkan warga agar siap-siap menghadapi banjir. Bahkan ada yang sudah mengungsi sejak pukul 22.00,” kata Bambang. Banjir juga menggenangi SMAN 8 di Jalan Taman Bukit Duri. Genangan mencapai ketinggian 30 cm sehingga memaksa guru menghentikan kegiatan belajar-mengajar siswa. Rabu ini, murid-murid diharapkan bisa bersekolah kembali. Selamatkan Ciliwung Kondisi Ciliwung yang menurun daya dukung lingkungannya, menggugah gerakan penyelamatan kali. Menteri Lingkungan Hidup Balthasar Kambuaya mengatakan, Kali Ciliwung menjadi tumpuan berbagai kegiatan manusia, mulai dari pertanian, perkebunan, peternakan, permukiman padat penduduk, pariwisata, perkebunan, hingga berbagai macam industri. Akibatnya, terjadi kerusakan lingkungan sehingga sering terjadi banjir. Menurut Balthasar, perlu campur tangan peran pemerintah pusat, daerah, dunia usaha, masyarakat, dan penggiat lingkungan untuk menyelamatkan Ciliwung. ”Kita perlu gerakan massa untuk membersihkan sampah dan memotivasi warga tidak membuang sampah,” tutur Balthasar. Ketua Gerakan Ciliwung Bersih Erna Witoelar bersama Komunitas Ciliwung memanfaatkan lahan seluas 6.000 meter persegi sebagai lahan konservasi. Seluas 3.000 meter persegi dipakai sebagai hutan kota, sisanya untuk taman edukasi. (K13/K12/NEL/NDY/GAL) Post Date : 06 Maret 2013 |